google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 MENGHUKUM PENGAWAL YANG MESUM (SERI 89) | Silat Naga Jawa

MENGHUKUM PENGAWAL YANG MESUM (SERI 89)

KLIK pada gambar untuk membesarkan

    JAM malam masih berlaku pada dini hari itu, para Pengawal Burung Emas masih bertugas mengawasi keadaan, sehingga kami harus tetap waspada meskipun seisi kota bagaikan tertidur.

    Begitulah kami menyelinap dari Penginapan Teratai Emas, yang seperti biasanya pada dini hari seperti itu hanya menyisakan orang-orang mabuk yang terkapar. Kami bergerak dengan ringan, berjingkat dari sudut ke sudut menuju ke selatan. Dari Petak Teruna kami hanya perlu mengarahkan diri kami lurus ke tembok selatan, maka sekitar tujuh petak atau 14 petak jika terhitung di kiri maupun kanan jalan, tentu akan sampai ke petak Kuil Da Ci'en tempat Pagoda Angsa Liar berada. Dengan perhitungan mata angin, letaknya berada di bagian tenggara Chang'an, di dekat Danau Kelokan Ular.

    Pada petak pertama yang kami lewati terdapat wihara Buddha yang berdampingan dengan kuil Dao, tetapi siang hari orang tidak datang untuk berdoa, melainkan untuk membeli apa yang disebut kue-kue kering. Seorang penjaja keliling selalu berhenti lama di sana, dan kaum perempuan serta teruna penghibur tidak pernah ketinggalan menghabiskannya. Penginapan seperti Penginapan Teratai Emas yang menyediakan makan dan minum tampaknya bahkan memesan pula kue-kue kering itu dari sana.

    Pada malam hari, gedung yang pernah ditempati seorang pejabat pasukan kerajaan dan dikembalikan kepada maharaja oleh anaknya itu, terkesan sepi. Namun sebetulnya maharaja jika menjamu para pejabatnya selalu di taman yang ada di sana. Tidaklah mengherankan jika petak ini berada di seberang Petak Teruna.

    Kami baru mau menyeberang ke petak kedua di sebelah kanan jalan, yakni tempat terdapatnya gedung penyimpanan catatan segala kegiatan kerajaan, dan gedung pengarah pengamatan bintang di sampingnya 1, ketika terdengar suara orang bercakap-cakap. Agaknya dua orang perempuan. Mungkin mereka bercakap di balik pintu gerbang, dan agak mengherankan jika pada saat menjelang dini hari yang sangat dingin seperti ini ada orang bercakap-cakap di balik pintu gerbang.

Yan Zi memberi isyarat bahwa kami sebaiknya berhenti dan mendengarkan. Ternyata salah satu perempuan itu menangis.

"Berhentilah menangis, hantu itu akan bersama munculnya matahari, sudahlah, jangan takut!"

"Bagaimana daku tidak akan takut, jika hantu itu menyeretku dari atas tempat tidur dan berusaha membuka bajuku..."

"Betul itu hantu? Bagaimana dikau tahu itu hantu?" "Apakah manusia bisa mengambang di udara?"

    Tangisan itu masih terus berkepanjangan. Kami saling berpandangan, mata Yan Zi merah menyala dalam kegelapan seperti bara yang siap menjelma api. Tiada hantu di sini selain manusia berpikiran mesum yang mempunyai ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi. Sangat mungkin ilmu silatnya juga tinggi. Namun tentu saja Yan Zi tidak peduli. Kukenal sikapnya yang tanpa ampun apabila dengan ilmu silatnya seseorang melecehkan perempuan.

    Aku terkesiap, kemungkinan besar orangnya masih berada di sekitar petak ini, karena jika bergerak tentu kami mengetahuinya. Dari balik tembok, dari dalam petak yang dari balik gerbangnya kami dengar suara tangisan itu, berkelebat sesosok bayangan. Seorang Pengawal Burung Emas! Namun Yan Zi sudah berkelebat mengejar dan siap menghukumnya!

    Aku pun berkelebat, dengan perasaan khawatir betapa Yan Zi akan mengacaukan segalanya. Jika Pengawal Burung Emas yang mesum itu terbunuh, seluruh pasukan Pengawal Burung Emas tidak akan tinggal diam dan akan sangat bisa menyulitkan.

"Jangan dibunuh!"

    Kukirim pesan kepadanya lewat Ilmu Bisikan Sukma. Lantas aku tidak mengejarnya lagi, karena kukira waktu yang tersedia untuk melakukan pengamatan dari atas Pagoda Angsa Liar itu cukup sedikit. Makanya aku pun tidak lagi menyusuri jalanan, melainkan berlari dan melenting dari atap bangunan yang satu ke bangunan yang lain. Petak demi petak kulampaui secepat kilat.

"Aku tidak akan membunuhnya," Yan Zi membalas pesanku, "sekarang pun bangsat ini sudah kulumpuhkan, tetapi aku harus tetap menghukumnya."

    Aku tidak dapat menduga apa yang akan dilakukannya, karena dengan segera tampaklah sudah Pagoda Angsa Liar menjulang kehitaman dalam kegelapan, yang kuketahui betapa kegelapan itu akan berubah menjadi keremang-remangan dan ketika matahari terbit segera menjadi terang. (bersambung)

_______________________________________________________________________________
1 Segenap fungsi tempat berdasarkan keterangan atas denah Chang'an dalam Benn, op. cit., h. xvii. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MENGHUKUM PENGAWAL YANG MESUM (SERI 89)"

Post a Comment

pembaca yang bijak, selalu menggunakan bahasa yang baik dan santun. Terima kasih.

Translate

Cari