google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 LAWAN TANGGUH (SERI 290) | Silat Naga Jawa

LAWAN TANGGUH (SERI 290)

KLIK pada gambar untuk membesarkan

    DI sebelah selatan Pasar Timur terdapatlah petak tempat terdapatnya sebuah wihara Buddha dan kuil Dao. Kami memasuki petak itu, dan di antara kerumunan orang-orang yang berziarah dari dua agama, kami melihat sosok berkerudung itu memang dari jauh membuntuti kami. Dari petak ini kami menyeberang terus ke selatan, ke petak selanjutnya, tempat terdapatnya dua lagi wihara Buddha pada masing-masing sudutnya, tetapi yang sebetulnya juga merupakan petak hiburan, tempat kepengurusan bunyi-bunyian tiup dan tabuh. Setahuku terdapat juga dua peramal di tempat itu.

    Petak selanjutnya, di seberang selatannya lagi, adalah sebuah kebun tanaman obat-obatan, tempat terdapat juga reruntuhan kuil yang tanahnya merupakan titik tertinggi di Chang'an. Ke sinilah biasanya penduduk menyucikan diri mereka pada hari ketiga bulan ketiga dan hari kesembilan bulan kesembilan 1. Namun sekarang ini merupakan saat-saat sepi dan di sinilah kami bermaksud menjebak penguntit kami itu. Setibanya di tempat itu, Panah Wangi menghilang ke balik kebun, dan berkelebat ke belakangnya, dan aku membalikkan badan, sehingga dia terkepung.

    Panah Wangi muncul di belakangnya dan dia juga dengan cepat berbalik, dan ternyata langsung melesat dan menyerang. Mereka segera bertarung dengan sebat dan segera tidak dapat dilihat mata orang awam, tetapi aku dapat melihat bahwa senjatanya adalah pedang jian yang biasa digunakan para pengawal istana, sehingga aku pun menduga ia tentu terhubungkan dengan istana. Apakah urusannya istana dengan Panah Wangi? Apa bedanya dengan Dewan Peradilan Kerajaan yang memang sudah lama memburunya? Beberapa saat mempelajari permainan kekuasaan pemerintah Wangsa Tang, aku tahu bahwa meskipun Hakim Hou sebagai pejabat kehakiman tertinggi menyatakan Panah Wangi sebagai buronan, belum tentu pihak-pihak pemerintah Wangsa Tang yang lain lantas akan memburunya juga.

    Kudengar dari cara pedang beradu, yang seperti saling menggosok dengan sangat amat cepat, sampai meletikkan bunga-bunga api, ilmu silat orang berkerudung itu sangat tinggi, sama sekali tidak di bawah ilmu silat Panah Wangi!

"Pendekar Panah Wangi! Ilmu silatmu tinggi sekali!"

"Oh, mengujiku?!"


    Panah Wangi yang tidak hanya mahir memanah tetapi juga tiada kurang piawainya bermain pedang, membabat dengan Jurus Pedang Menari Mematuk Nyawa, sehingga orang berkerudung yang tak kelihatan wajahnya itu terpaksa melejit jungkir-balik ke atas. Panah Wangi mengejarnya ke atas, dan meneruskan pembabatannya ketika lawannya menurun. Kembali terdengar denting logam beradu dan letik bunga-bunga api tetap terlihat di siang hari.

    Ketika keduanya menapak bumi kembali, lawannya berganti menggulung Panah Wangi dengan Jurus Elang Mencakar Pedang Menggunting, sehingga Panah Wangi kini berguling-guling di atas bumi untuk melenting dan membalasnya dengan Jurus Naga Terpeleset Mulut Mencaplok. Hanya terdengar suara angin dan suara dentingan logam yang papas-memapas.

"Hhhhmm!! Memang membanggakan dan bisa dipercaya!"

Namun tampaknya, setiap kali dipuji, setiap kali pula keberangan Panah Wangi bertambah.

"Apa maksudmu memuji-muji, ular beludak? Cobalah puji aku dari lubang kuburmu!"

    Kali ini tidak sekadar berkata-kata, Panah Wangi sungguh-sungguh ingin membuktikan ucapannya. Tampak ia melenting mundur ke arah reruntuhan kuil, dan sebuah busur serta anak panah telah berada di tangannya. Segera setelah itu Panah Wangi sambil berkelebat berpindah-pindah tempat menghujani lawannya dari segala penjuru, dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga mata orang awam tiadalah akan dapat melihatnya.

"Uh! Ini rupanya yang membuat dirimu disebut Panah Wangi!"

    Sudah kukatakan betapa ilmu silat orang berkerudung itu tidak berada di bawah Panah Wangi. Pedangnya berputar amat sangat cepat seperti baling-baling menyambut serangan Panah Wangi yang membidikkan panah dengan mantra, sehingga mampu melepaskan anak panah seperti langit mencurahkan hujan. Udara memang lantas berbau wangi.

    Seperti sudah kuketahui, bidikan Panah Wangi tidak pernah meleset dan akan selalu tepat mengenai sasarannya. Meskipun tegas dan tidak pandang bulu membasmi kejahatan, kecuali bagi pemerkosa, Panah Wangi selalu menghabiskan riwayat hidup lawan-lawannya tanpa sedikit pun penderitaan. Panahnya akan menancap tepat pada dahi lawan-lawannya itu. Namun, lawannya kali ini mampu mengelak maupun menangkis semuanya!

Siapakah dia?

Sun Tzu berkata:

    perang
    menghindari
    yang kuat
    menyerang
    yang lemah 2


(bersambung)

_________________________________________________________________________________
1. Berdasarkan denah Chang'an dalam Charles Benn, China's Golden Age: Everyday Life in the Tang Dynasty [2004 (2002)], h. xviii.
2. Sun-Tzu, Art of War, diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh John Minford (2002), h. 193

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "LAWAN TANGGUH (SERI 290)"

Post a Comment

pembaca yang bijak, selalu menggunakan bahasa yang baik dan santun. Terima kasih.

Translate

Cari