google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 WAJAH-WAJAH KEMUNGKINAN (SERI 286) | Silat Naga Jawa

WAJAH-WAJAH KEMUNGKINAN (SERI 286)

KLIK pada gambar untuk membesarkan

    AKU masih berpikir tentang wajah. Jika wajahku adalah wajah tengkorak, kukira aku belum akan mendapat sebutan Pendekar Tanpa Wajah, sebaliknya mungkin saja sebutan itu akan berbunyi Pendekar Wajah Tengkorak. Kenapa tidak? Ada seorang pendekar yang wajahnya juga terkelupas dalam suatu pertarungan, tetapi hanya sebelah, sedangkan wajahnya yang sebelah masih ada, sehingga kemudian disebut Pendekar Tengkorak Sebelah.

    Kemudian aku juga teringat orang-orang persilatan yang menderita penyakit kusta, yang pada tingkat parah hidungnya rontok dan bagian yang ditinggalkannya berlubang. Mereka mengenakan kerudung kain yang menutupi seluruh kepala termasuk wajahnya, dan membuat dua lubang pada kain itu agar matanya tetap bisa melihat. Kukira mereka ini layak disebut Pendekar Tanpa Wajah, tetapi mereka tidak pernah disebut demikian. Sebagian dari mereka pernah kuhadapi dan setiap kali masing-masing muncul disebut banyak orang sebagai Pendekar Kusta saja.

"Aku mengenakan kerudung ini bukan karena malu dengan wajahku," ujar salah seorang, "melainkan agar tidak mengganggu selera siapa pun ketika memandangku. Jika aku tewas di tanganmu, tolong tudung ini tidak dibuka jika kamu membakar atau menguburku."

    Dengan penyakit kusta yang dideritanya, tubuh seorang pendekar menjadi lemah, meski tenaga dalamnya tidak berkurang. Akibatnya, dalam pertarungan banyak yang anggota badannya mendadak terputus begitu saja ketika beradu tenaga dalam. Jari-jari lepas dari buku-buku tangan, buku-buku tangan lepas dari telapak tangan, telapak tangan lepas dari pergelangan tangan, tangan lepas dari siku, siku lepas dari lengan. Tidak ada yang bisa dilakukan tenaga dalam tentang hal itu.

    Namun wajah mereka tetap terlindungi sampai mereka perlaya dalam pertarungan. Bahkan tidak pernah terbuka lagi sampai mereka dibakar atau dikuburkan. Begitulah wajah diperlakukan berbeda daripada tumit atau lutut. Ketiadaan wajah tersepakati agar tetap tidak diperlihatkan, karena memperlihatkan ketiadaan wajah merupakan suatu keganjilan yang menggelisahkan.

    Aku tidak memikirkan semua ini sampai dan ketika Tabib Pengganti Wajah menangani diriku dengan menggunakan Batu Naga itu. Adalah Panah Wangi yang mencari, menyelamatkan, dan membawa Tabib Pengganti Wajah yang nyaris ditelan api. Adalah Panah Wangi pula yang bertarung untuk mendapatkan Batu Naga yang telah digunakan untuk memulihkan diriku. Bagaimanakah aku akan pulih?

Dalam keadaan setengah sadar kukira kudengar suara Tabib Pengganti Wajah itu.

"Kamu telah kehilangan wajahmu, Nak, tetapi kamu akan mendapatkan wajah baru, yang sama sepenuhnya dengan wajahmu yang lama," katanya. "Siapa pun yang menatapnya akan mengira sedang menatap dirimu."

Kemudian hari, setiap kali aku teringat kalimat itu, aku merasa diriku terbelah.

Tung Chung-shu berkata:

    yang sampai pada gilirannya
    menghasilkan yang berikutnya
    dan diatasi yang berikutnya
    tetapi yang sampai pada gilirannya 1


Aku belum tuntas memikirkan semua itu ketika Panah Wangi berkata.

"Pendekar Tanpa Nama, hari ini selubung wajahmu akan dibuka. Seperti telah kamu ketahui, pengobatan dan pemulihan macam ini belum pernah dilakukan oleh Tabib Pengganti Wajah, dan beliau telah berpesan agar dirimu siap dengan kemungkinan seperti berikut. Pertama, wajahmu kembali seperti semula; kedua, wajahmu tetap hilang dan hanya menyisakan permukaan tengkorak; ketiga, terdapat suatu wajah, tetapi bahkan dirimu sendiri tidak mengenalinya. Apakah kamu telah menyiapkan diri untuk semua kemungkinan itu?"

    Kucoba membayangkan diriku dalam ketiga kemungkinan itu. Ternyata aku merasa sulit membayangkan wajahku sendiri. Mungkinkah karena pengaruh ledakan itu? Persoalan wajah tengkorak telah kutemukan jalan keluarnya, yakni meniru cara-cara para Pendekar Kusta, tetapi persoalan kemungkinan pertama ternyata sama dengan kemungkinan ketiga, yakni bagaimana jika aku tidak mengenali wajahku sendiri? Kusadari sekarang betapa diriku nyaris tidak pernah bercermin, selain jika kebetulan melihatnya di tepi telaga dan sejenisnya.

Selubung ini betapapun harus dibuka. Apa pun yang akan terjadi nanti harus dibuka dan tiada lain selain dibuka.

"Jika selubung ini sudah waktunya dibuka, sebaiknya dibuka,"
kataku, setengah tidak sabar untuk mengetahui nasibku.

    Kami berada di dalam bilik. Rumah aman yang merupakan gedung besar ini di dalamnya tidak seperti sebuah rumah, karena merupakan tempat bekerja mata-mata tentara. Namun karena peranan Panah Wangi di masa lalu kehadiran kami tidak pernah diganggu-gugat.

"Baiklah kita buka sekarang," ujar Panah Wangi.

Ia mulai membuka dan mengurai selubung kepalaku. Seperti apakah wajahku? (bersambung)

_________________________________________________________________________________
1. Tung Chung-shu (179-104 SM) adalah tokoh penting pelestarian kepercayaan ortodoks Kong Fuzi bagi Dinasti Han (206 SM-220 M). Tengok Fung Yu-lan, A Short History of Chinese Philosophy (1948), h. 191-3. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "WAJAH-WAJAH KEMUNGKINAN (SERI 286)"

Post a Comment

pembaca yang bijak, selalu menggunakan bahasa yang baik dan santun. Terima kasih.

Translate

Cari