google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 MENYAMAR SEBAGAI ORANG BIASA (SERI 41) | Silat Naga Jawa

MENYAMAR SEBAGAI ORANG BIASA (SERI 41)

KLIK pada gambar untuk membesarkan

    Dengan ilmu meringankan tubuh seperti yang dimiliki Yan Zi Si Walet, hanya dengan dua tiga langkah jejakan pada wuwungan rumah, ia sudah bisa melompati tembok dan parit untuk langsung mendarat ke tepi sungai yang mengairi danau-danau di Istana Xingqing, Kota Kemaharajaan di utara Pusat Tatakota dan Pasar Timur.

ISTANA XINGQING

"Namun aku tidak akan pernah pergi dari kota ini tanpa pedang itu," katanya dengan penuh tekad.

    Di bagian kota ini pula terdapat Zongren Fang yang selalu dikenang dengan pahit, tempat sang pemberontak An Lushan yang menguasai kotaraja pada 756, membantai 23 putri istana dan suami-suaminya, maupun kawanan di sekitar Yang Guozhong dan Gao Lishi sebagai pembalasan atas dihukum matinya An Qingzong, anaknya. Saat aku melewati tempat itu 41 tahun kemudian, pernah kulihat seseorang yang mungkin kerabat korban menyalakan dupa di sana dan bersembahyang sendirian.

    Bagian kota ini mungkin karena dekat dengan istana dan tempat hiburan golongan atas, paling bersih dari pengemis, dan karena merupakan pusat bermukimnya para penari dan seniman bunyi-bunyian terbaik, juga menjadi tempat jalan-jalan kaum wanita golongan atas itu untuk memamerkan kekayaan, kecantikan, dan cara berbusana maupun riasan terbaru yang mereka kenal. Di antara kesenangan kaum wanita golongan atas ini terdapatlah kesenangan memiliki binatang piaraan, di antaranya anjing berbagai jenis yang belum pernah kulihat bentuk rupanya.

    Anjing-anjing ini begitu jinak, dan besar kecilnya sangat beragam, sangat berbeda dengan anjing pemburu di desa-desa yang kukenal di Javadvipa, yang semuanya sejenis sahaja. Mereka berlari-lari kecil di dekat majikannya, kadang majikannya memeluk dan menciuminya, sedangkan anjing yang sangat kecil dan berbulu banyak, dengan suara nyaring galaknya yang sangat tidak berarti, bahkan selalu berada di tangan majikannya itu. Anjing-anjing ini dicukur dan dimandikan, dan ka­tanya makanan anjing peliharaan wanita-wanita kaya tersebut sangat mahal, karena jika makanan yang diberikan keliru, maka akan rontoklah bulu-bulunya yang lebat dan halus itu.

    Dengan busana mereka yang semarak dan mencolok, wanita-wanita golongan atas ini akan melangkah di jalanan paling bersih di Petak Teruna itu dengan anggun, sambil memegang cambuk penghela mereka, yang sepertinya digunakan untuk memerintah dan mengendalikan anjing.

Putri Kerajaan XINGQING

    Aku pernah sangat terpesona dengan pemandangan para wanita di jalanan Chang'an dengan anjingnya ini, sehingga rupa-rupanya membuat yang kupandang merasa terganggu. Seorang wanita dengan sanggul tinggi dan berbusana Tartar 1, memelototiku sambil menegur.

"Hei! Belum pernah melihat anjing? Orang dari mana dikau?"

    Kami bertiga sebetulnya telah diberi busana Negeri Atap Langit. Dalam kedudukan kami yang menjalankan tugas rahasia, Kaki Angin menyarankan agar kami menyamarkan diri dengan mengenakan busana seperti warga kota lainnya. Meskipun cara berbusana di kotaraja sungguh beragam, tetapi terdapat jugalah busana orang kebanyakan yang tidak akan terlalu me­narik banyak perhatian, yakni busana orang-orang Han, yang bagi kami bertiga dipilihkan busana lelaki, seperti yang juga biasa berlaku bagi di situ.
PENDEKAR ELANG MERAH

    Maka Yan Zi dan Elang Merah akan tetap berbusana cukup ringkas dengan busana lelaki itu, tetapi tidak lagi serbaputih atau serbamerah seperti semula. Betapapun angin bertiup cukup kencang di dunia persilatan, membuat siapa pun yang sedikit saja peduli akan pernah mendengar sepak terjang keduanya, lengkap dengan ciri-ciri gerakan silat, senjata, sosok, dan juga busananya.

    Begitulah aku tak lagi bercaping dan kini mengenakan turban yang disebut fu tou. Disebutkan oleh Kaki Angin bahwa aku menyamar dengan cara berpakaian orang biasa, yakni mereka yang tidak bekerja sebagai pegawai pemerintah, baik itu petani, seniman, pedagang, maupun sarjana, yang mengenakan celana gembung, tunik yang terbuka di depan, tetapi terikat ketat di pinggang, pada umumnya dengan bagian leher melingkar, tak akan jatuh di bawah paha, dan tenunan yang digunakan untuk semua pakaian ini haruslah kain cita rami. Alas kaki yang disebut kasut terbuat dari jerami, atau benang rami, dan terompah teramankan menempel di kaki oleh tali pengikat, digunakan sebagai sepatu. Beberapa sepatu kulihat terbuat dari kayu. Kaki Angin menasihati.

"Kalau mau menggunakan sepatu kayu, setelah dipakai ke dalamnya harus diletakkan kapur dari Barus," Kaki Angin kuingat menasihati, "supaya baunya tidak tengik." 2 ....NEXT SERI 42
_________________________________________________________________
1 "Costume in the Tang Dynasty" dari Chinadaily.com.cn / Copyright © 2003 Ministry of Culture, P. R. China.

2 Tentang pakaian "orang biasa" dan alas kaki ini dirujuk dari Charless Benn, China's Golden Age: Everyday Life in the The Tang Dynasty (2002), h. 100-1.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MENYAMAR SEBAGAI ORANG BIASA (SERI 41)"

Post a Comment

pembaca yang bijak, selalu menggunakan bahasa yang baik dan santun. Terima kasih.

Translate

Cari