google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 SENJATA RAHASIA BERLESATAN (SERI 26) | Silat Naga Jawa

SENJATA RAHASIA BERLESATAN (SERI 26)


KLIK pada gambar untuk membesarkan

Jika kakak seperguruannya telah menyebutkan nama Sastrawan Kejam dari Tiangshan sebagai pihak yang ditantang secara terbuka, maka semenjak saat itu lelaki yang bersenjata kipas tersebut terikat dalam aturan kehormatan untuk melayaninya, jika tidak ingin namanya dalam dunia persilatan disebut dengan nada menghina.

Dengan segera menantangnya pun berarti kakak seperguruannya itu telah menghindari kemungkinan buruk untuk diserang dari belakang, sesuai dengan perilaku golongan hitam, yang jika berhadapan satu lawan satu pun tak dapat dijamin tak akan membawa kelicikan seperti yang diperlihatkan. 

Betapapun, sudah jelas pula baginya, bahwa yang terpenting bagi kakak seperguruannya adalah dirinya yang tidak perlu dibantu. Ia tak akan peduli bahwa lawannya mungkin melakukan serangan rahasia, asal bukan dirinya yang menjadi buruk nama karena menerima bantuan, meski tak dikehendakinya, dari luar gelanggang.

"Jadi apakah kita akan menuju pasar malam sekarang, Kakak?"

"Sebaiknya begitu bukan, Adik, supaya tantanganku kepada Sastrawan Kejam dari Tianshan segera terdengar dan tersebar."

Pada saat itu sebuah piauw meluncur secepat kilat menuju tengkuk pemuda tersebut, tetapi pisau terbang Elang Merah telah keburu menyampoknya.

Trrrrrriiiiingngngng!

Kedua senjata itu telontar ke udara dan Elang Merah melesat pula untuk mengambil pisau terbangnya. Saat itu pula sejumlah piauw dengan geriginya yang tajam kembali berlesatan, tetapi ke arah Elang Merah di udara yang pertahanannya terbuka! Namun saat itu pula Yan Zi telah melesat untuk menangkap semua piauw itu dan mengembalikannya! 

Maka di celah keramaian pesta bulan purnama itu, delapan orang di delapan penjuru angin segera terjungkal dengan piauw masing-masing di dahinya. Belum lagi Yan Zi dan Elang Merah yang melayang turun sempat menginjak tanah, setidaknya 20 ragam senjata dari berbagai arah telah menyerangnya dengan jurus-jurus mematikan. 

Dalam keadaan seperti itu, kedudukan Yan Zi dan Elang Merah sungguh sangat lemah, apalagi jika serangan yang sangat cepat seperti kilat itu jelas datang dari orang-orang rimba hijau dan sungai telaga yang ilmu silatnya tinggi.

Dengan secepat kilat pula ternyata Yan Zi dan Elang Merah telah saling menepukkan sebelah tangan, yang ketika bertemu menjadi daya dorong bagi masing-masing untuk segera berkelebat menghilang, meski ternyata tak lolos pula dari pengejaran. 

Begitulah keduanya yang melesat dari genting ke genting akhirnya terkejar dan tercegat di depan penginapan, tempat pemiliknya dengan tergopoh-gopoh memberitahukan betapa kedua perempuan kawan seperjalananku ini sedang menghadapi pengepungan.

***

Hmm. Jadi terdapat kesenjangan antara cerita yang kusimpulkan dari percakapan awam tersebut, dengan kenyataannya sekarang, yakni bahwa para pengepung ini ternyata tidak seperti berilmu sangat tinggi, yang justru bagiku merupakan keadaan bahaya, karena jika mereka betapapun dapat mengejar Yan Zi dan Elang Merah sampai di sini, tidaklah dapat dikatakan betapa ilmu silat mereka itu rendah! 

Apabila sekarang mereka terlihat seperti dipermainkan dan hanya mampu bersilat tanpa jurus serta mengepung dengan sembarangan, tiada lebih dan tiada kurang tentunya merupakan sebuah tipu daya!

Tidak heran betapa sebenarnyalah dengan serangan tanpa perhitungan tersebut kini Yan Zi dan Elang Merah sedang kewalahan. Keduanya memang hanya tampak sebagai cahaya putih dan cahaya merah yang menunjukkan tingkat kecepatan, tetapi kali ini bukan sebagai suatu kelebihan, melainkan menunjukkan betapa mangkus dan sangkilnya pengepungan dalam pendesakan. 

Sudah kukatakan tadi jangan terkecoh dengan orang yang pura-pura bodoh, karena dalam dunia persilatan cukup sekali terkecoh dan nyawa akan melayang. 

Sun Tzu berkata:
perang itu berdasarkan muslihat
engkau harus bergerak jika menguntungkan
mencegah (lawan) tentang kedudukanmu
dengan penyebaran dan pemusatan 1

Dengan segera sudah dapat kuketahui bahwa duapuluh pengepung ini bukan orang-orang sembarangan. Apa yang tampak sebagai gerak sembarangan tanpa jurus persilatan adalah siasat yang sengaja mengacaukan. Tanpa senjata dan keterbatasan yang disebabkan anjuranku untuk tidak terlibat pertarungan, Yan Zi dan Elang Merah yang tadinya seperti berada di atas angin kini ternyata tampak terdesak. 

Hanya kecepatan tinggi sajalah yang membuat keduanya lolos dari maut. Gabungan antara siasat pengepungan ajaib, jurus silat bagai tak mengerti silat, dan senjata yang aneh menjadi masalah yang tak mudah dipecahkan. Apakah aku harus melemparkan saja pedang mereka kembali agar bisa melawan?...(Next Seri 27)
_________________________________________________________________
1. Sun Tzu, The Art of War: The Cornerstone of Chinese Strategy, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Chou-Wing Chohan dan Abe Bellenteen (2003), h. 43.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SENJATA RAHASIA BERLESATAN (SERI 26)"

Post a Comment

pembaca yang bijak, selalu menggunakan bahasa yang baik dan santun. Terima kasih.

Translate

Cari