google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 PENCULIKAN DIJALANKAN (SERI 307) | Silat Naga Jawa

PENCULIKAN DIJALANKAN (SERI 307)

KLIK pada gambar untuk membesarkan

    LANTAS tampaklah anak muda yang ditunjuknya itu. Ia mengenakan fu tou hitam dan celana komprang kuning seperti banyak orang mengenakannya, sehingga jika hanya itu yang menjadi petunjuk, tentu mudah hilang dalam arus ribuan manusia di jalanan yang mengalir seperti sungai. Namun, setelah ia muncul di gardu dan menerima keranjang makanan, ternyata ia cukup mencolok karena mengenakan baju sutra biru, yang mungkin saja hasil curian.

    Segera kubuntuti ia yang melangkah lebar setengah berlari. Panah Wangi segera menyalip dan mendahului. Pengantar itu telah kami ketahui akan tiga kali berbelok. Gardu Pengawal Burung Emas terletak di seberang petak terdapatnya Balai Tatakota, dan bekas kediaman resmi Harimau Perang sebagai kepala mata-mata Negeri Atap Langit terletak di dalam petak yang sama, sehingga perempuan tua yang mengantarkan makanan itu tinggal berjalan lurus ke arah timur untuk menyampaikan keranjang makanannya.

    Adapun rumah penyekapan Anggrek Putih terletak di sisi barat bagian selatan, di sebuah gedung tempat pemiliknya telah menggali dan mengubur kembali tulang-belulang seorang panglima karena kuburannya terlalu dekat dengan gedung tersebut. Untuk mencapai gedung itu dari gardu Pengawal Burung Emas, anak muda berbaju sutra biru itu akan berjalan ke selatan, dan berbelok ke barat di sudut petak rumah abu kemaharajaan. Setelah berjalan lurus ke barat melewati lima petak, ia berbelok ke selatan lagi ketika pada sudut yang berserongan di kanan terdapat gedung Putri Taiping.

    Setelah berbelok ke selatan, ia akan melewati lima petak lagi, termasuk petak tempat terdapatnya gedung kerja wali kota Chang'an untuk berbelok ke barat lagi dan pada petak kedua terdapatlah rumah penyekapan Anggrek Putih. Pada petak itu terdapat juga sebuah rumah abu, sebuah kuil Dao, dan sejumlah kuburan. Sebelum berbelok, di tepi kanal, keranjang makanan itu sudah harus berpindah tangan.

    Ketika anak muda itu tiba di sana, Panah Wangi telah bersila di perempatan, mengemis. Di hadapannya, pada perserongan di sebe­rangnya adalah sudut dinding tembok terdapatnya penginapan sehingga wajar jika siang itu seorang pengemis berada di sana, mengharap sekadar derma dari para pedagang yang punya uang untuk biaya perjalanan dan menginap.

    Anak muda yang bergegas itu lewat, Panah Wangi mengajukan kaki yang tadi bersila bagai tidak sengaja, padahal memang maksudnya menjegal. Di tengah orang banyak, anak muda itu terhuyung-huyung dan berbenturan dengan sejumlah orang yang bukan hanya menggerutu dan mengumpat, melainkan lantas memegang dan memukulnya pula.

"Kamu mabuk?!"
"Matamu ke mana?!"


    Pada saat itu aku yang sudah tidak menyamar sebagai pengemis segera menyambar keranjang makanan yang dibawanya dan segera melejit. Rencana semula, jika tidak berlangsung kejadian seperti ini, pada saat jatuh Panah Wangi harus memberikan Totokan Lupa Peristiwa, tetapi dengan perkembangan tidak terduga ini akulah yang menotoknya sebelum berkelebat pergi.

Dalam sekejap aku sudah berada di depan gedung itu.

"Kiriman untuk Nona Anggrek Putih!"

    Terdapat lima petugas Dewan Peradilan Kerajaan yang tampak sedang bermain ziangqi atau catur yang sudah dimainkan ber­abad-abad lamanya di Negeri Atap Langit. Dua orang menghadapi papan catur dengan pemusatan perhatian penuh, tiga yang lain mengikutinya tanpa mengeluarkan suara. Namun salah seorang melihatku.

"Ganti orang lagi," katanya, "banyak sekali permintaan ya?"
"Sampai habis juga orang yang mengganti, maka saya diminta ke sini."

Seorang perempuan pengurus rumah tangga muncul di depan pintu. Ia mengulurkan tangannya.

"Ada pesan untuk Nona dari Ibu Tua di rumah," kataku menahan keranjang itu.
"Serahkan saja," kata perempuan itu, mungkin dipikirnya sepucuk surat.
"Harus disampaikan sendiri," kataku lagi.

Perempuan pengurus rumah tangga itu menoleh kepada para petugas Dewan Peradilan Kerajaan yang mengerumuni papan ziangqi tersebut.

"Biarlah gadis bisu-tuli itu menerima sendiri pesannya," kata salah seorang yang bicara kepadaku tadi.

    Bisu-tuli? Ini baru kuketahui sekarang! Aku dan Panah Wangi luput untuk memikirkan dan menduga, apalagi mengetahui, bahwa gadis itu bisu-tuli. Rupanya gadis itu dipanggil karena pesan untuk orang bisu-tuli tentu hanya bisa disampaikan oleh orang yang mengerti bahasa bisu-tuli, sedangkan diriku sedikit pun tidak menguasai bahasa itu!

Tiba-tiba saja gadis itu sudah muncul di depanku. (bersambung) 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PENCULIKAN DIJALANKAN (SERI 307)"

Post a Comment

pembaca yang bijak, selalu menggunakan bahasa yang baik dan santun. Terima kasih.

Translate

Cari