google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 DI KUIL PENYEMBAH API (SERI 312) | Silat Naga Jawa

DI KUIL PENYEMBAH API (SERI 312)

KLIK pada gambar untuk membesarkan

 DI kuil Muhu yang terletak di bagian utara Chang'an, para padri memandangku dengan cara yang tidak membuatku merasa tenteram.

"Ada apa?"

    Aku bertanya tak sabar. Namun mereka hanya menepi ke dinding kuil, seperti memberi tanda agar aku berjalan terus. Kuil yang terletak sepetak dengan sebuah wihara Buddha, kuil Dao, dan kuburan itu kurasakan gelap dan dingin, mungkin karena dindingnya yang serbatebal, meskipun sepanjang dinding sudah terdapat penerangan lilin. Apa yang terjadi sehingga tidak seorang pun tampak seperti ingin atau bisa berbicara sama sekali? Aku berjalan terus sampai ke sebuah ruang yang lebih luas, dan segera tampaklah pemandangan yang telah membuat segalanya menjadi muram.

    Di atas sebuah altar marmar, tampaklah tubuh Padri Das yang terbaring dengan luka sayatan pedang di dada saling menyilang. Tidak kulihat Panah Wangi. Namun kulihat Anggrek Putih yang tertunduk diam seperti patung di depan altar itu. Aku tidak tahu harus mengatakan apa. Luka sayatan saling menyilang adalah ciri sabetan pedang Harimau Perang. Apakah dia mengawasi kami yang justru sedang mencari dia?

Kukira Panah Wangi mengejar Harimau Perang, dan apa yang terjadi sangat mungkin seperti berikut:

    Harimau Perang tidak pernah sama sekali melepaskan pengawasannya terhadap Anggrek Putih. Selama ini telah diketahuinya kami mengawasi gadis bisu-tuli itu, meskipun kami dengan sangat berhasil telah menyamar sebagai pengemis, bahkan menjadi pengemis itu sendiri. Betapapun penculikan Anggrek Putih oleh kami itu baginya mengun­tungkan, karena bagaikan tinggal memetik hasilnya, meskipun harus kuakui tidak sepenuhnya begitu.

    Mengawasi kami melaksanakan kerja penculikan Anggrek Putih tanpa sedikit pun kami ketahui adalah kerja besar ter­sendiri. Meskipun Harimau Perang bertingkat kepala mata-mata dalam pekerjaan rahasia, tetap tidak dapat kubayangkan bagaimana kami tidak mengenalinya. Apakah dia juga menyamar sebagai pengemis secara jauh lebih berhasil daripada kami, sehingga dia dapat mengetahui keberadaan kami dan sebaliknya kami tidak dapat mengetahuinya? Jika pada tingkat seperti inilah pekerjaan rahasia yang dilakukannya, maka tidaklah dapat disebutkan betapa Harimau Perang itu tinggal memetik hasilnya.

    Sebaliknya, apakah ini juga berarti pekerjaan kami menjadi gagal? Jika tujuan kami dengan menculik Anggrek Putih adalah memancing kemunculan Harimau Perang, maka sebetulnya itulah yang sudah terjadi meskipun terjadinya tidak seperti kami harapkan. Betapapun begitulah rupanya pertarungan dalam dunia kerahasiaan itu. Harimau Perang begitu cerdik masuk ke dalam celah yang terbuka, ketika Panah Wangi dan diriku terpisah karena melayani tantangan dunia persilatan yang tidak bisa kuabaikan demi kehormatan seorang pendekar yang datang dari jauh dan siap mati dalam pertarungan.

    Mungkinkah tantangan itu sebetulnya bagian dari penjebakan Harimau Perang, dalam arti dialah yang menggiring dan memancing pendekar pedang dari wilayah timur itu sebagai cara untuk memisahkan diriku dari Panah Wangi, sehingga akan lebih mudah baginya untuk menculik Anggrek Putih? Dalam dunia kerahasiaan, tidak ada yang akan pernah menjadi jelas sepenuhnya.

Dhammapada berkata:

    panjanglah malamnya bagi ia yang berjaga;
    panjanglah jaraknya bagi ia yang keletihan;
    panjanglah hidupnya bagi si bodoh
    yang tak tahu hukum sebenarny
a. 1

    Belum jelas juga apa yang terjadi sehingga Padri Das, satu-satunya orang yang mengetahui rencana rahasia kami, dan menjadi bagian dari rencana kami dalam memancing Harimau Perang kini mati terbunuh. Juga Panah Wangi tidak kelihatan dan Anggrek Putih masih di sini. Gadis bisu-tuli itu tentu tahu banyak tetapi bagaimana cara mengetahuinya, pun misalnya jika ia bersedia menyampaikannya?

    Kupandang tubuh yang terbaring di altar itu, Padri Das, salahkah diriku telah melibatkannya? Betapapun ia tidak boleh mati sia-sia. Jadi aku melangkah ke arah kerumunan padri Kaum Penyembah Api ini dan langsung berbicara panjang, menyampaikan apa yang perlu mereka ketahui. Penting bagiku agar mereka mengetahui betapa Harimau Perang telah membunuh bukan hanya Padri Das, tetapi juga padri lain dengan kejam, dan menjadi penyebab terlibatnya Padri Das dalam penculikan Anggrek Putih, serta rencana penyediaan penampungannya di kuil ini. Mereka tidak punya kesulitan sama sekali untuk memahami.

Salah seorang padri itu berbicara.

"Saudaraku yang tidak bernama tidak perlu ragu, kami serikat padri Kaum Muhu di Chang'an akan berpihak ke­padamu," katanya, "Harimau Perang telah membunuh dua padri Kaum Muhu dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya." (bersambung)

+______Queen Jessie B.______ ______________________________________________________
1 Dari "The Way of the Virtue" dalam The Sacred Books of the East Vol. 10, terjemahan ke Bahasa Inggris oleh F. Max Muller, melalui Raymond van Over, Eastern Mysticism. Volume One: The Near East and India (1977), h. 271.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "DI KUIL PENYEMBAH API (SERI 312)"

Post a Comment

pembaca yang bijak, selalu menggunakan bahasa yang baik dan santun. Terima kasih.

Translate

Cari