google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 55 : TABIB PENGGANTI WAJAH (SERI 274) | Silat Naga Jawa

55 : TABIB PENGGANTI WAJAH (SERI 274)


KLIK pada gambar untuk membesarkan

DALAM laju perjalanannya yang memakan banyak korban itu, Panah Wangi yang memang mengikuti jejak yang kutinggalkan ternyata bisa menyusulku ketika memasuki Chang'an. Saat melihat diriku terlontar karena ledakan di depan wajahku, Panah Wangi berkelebat menyambarku dan menghilang dalam kegelapan malam.

Di antara kobaran api itu Panah Wangi melejit sambil membopong diriku yang wajahnya terbakar. Tidak dapat kubayangkan bagaimana caranya ia bergerak di antara hiruk-pikuk kekacauan, dan berbagai medan pertarungan yang sangat berbahaya antara para bhiksu Shaolin melawan orang-orang golongan hitam.

Sembari melenting dari genting ke genting Panah Wangi bergerak mencari petak aman dengan mengandalkan sisa ingatan atas jaringan mata-mata tempat ia dulu menjadi bagiannya. Seorang mata-mata perkumpulan rahasia terikat sumpah untuk tidak pernah berpindah kelompok, barangkali sampai mati, tetapi bagi mata-mata ketentaraan kiranya tidak ada sumpah semacam itu meskipun kerahasiaan tugas tetaplah dipegang juga sampai mati.

Maka Panah Wangi tetap diterima oleh jaringannya itu, yang pada akhirnya tidak peduli kepada segala aturan, selain mengenal Panah Wangi sebagai orang yang bisa dipercaya, meskipun perempuan pendekar itu sekarang adalah seorang buronan.

Petak aman sebagai pusat kendali jaringan rahasia ketentaraan membuat Panah Wangi bisa menyampaikan pula pesan dari Pasukan Ta-Shih Berjubah Hitam di tempat ini. Petak aman itu jauh dari api meskipun terletak di pusat kota, sehingga Panah Wangi bisa menitipkan diriku yang masih tak sadarkan diri dengan tenang, sementara dirinya berkelebat mencari Tabib Pengganti Wajah.

Terbakarnya wajahku memang membuat Panah Wangi teringat Tabib Pengganti Wajah yang banyak membantu tentara kerajaan dalam kegiatan mata-mata menyeberangi perbatasan. Penyamaran wajah sering dilakukan demi berbagai kepentingan dan penggantian wajah adalah penyamaran terbaik, sekaligus merupakan yang paling sulit dengan akibat paling berbahaya jika gagal.

Pernah seorang perempuan mata-mata yang telah diganti wajahnya menyerupai selir seorang panglima Kerajaan Tibet, ketika tepergok karena selir itu gagal dibunuh oleh mata-mata lain dan ditangkap, dikelupas kembali kulit wajahnya! Bahkan seandainya seorang mata-mata berhasil memainkan peran samarannya dengan baik, kemungkinan bahwa wajah aslinya tidak bisa kembali lagi merupakan kenyataan yang menggiriskan.

Bagaimana dengan wajah yang terbakar? Panah Wangi berharap bahwa Tabib Pengganti Wajah akan bisa mengatasinya. Betapapun tidak ada orang lain lagi yang dapat dianggap menguasai perkara memasang, mengganti, dan memperbaiki wajah selain Tabib Pengganti Wajah. Namun untuk menemui dan mendatangkan Tabib Pengganti Wajah tidaklah mudah, karena selain beliau sudah berusia 90 tahun dan ternyata sakit, petak tempatnya tinggal dan biasa dimintai pertolongan oleh orang-orang sakit berada di tengah wilayah kekacauan.

Rumah Tabib Pengganti Wajah berada di tengah lautan api. Di antara lidah-lidah api raksasa, yang menjilat-jilat udara dan berkobar-kobar mengepulkan asap ke angkasa itu, berkelebatlah pertarungan antara para bhiksu Shaolin dan orang-orang golongan hitam yang tiada dapat dilihat mata telanjang. Hanya terdengar kesiur angin dan kelebat bayangan antara ada dan tiada, yang jika tersenggol sedikit saja oleh daya lwe-kang mereka bisa terluka dalam dan meninggal dunia.

Demikianlah Panah Wangi bergerak ringan dalam kecamuk pertarungan berkecepatan tinggi dan bertenaga dalam. Namun di antara asap dan semburan letik-letik api kebakaran yang meronai langit malam, ternyata tidak semua orang tenggelam dalam kesibukan bencana kota raya.

Panah Wangi baru akan hinggap di atas satu-satunya rumah yang tidak terbakar tetapi berada di tengah lautan api, ketika desiran senjata rahasia jarum-jarum beracun membuatnya terpaksa berjungkir balik ke atas kembali. Jarum-jarum beracun itu berdatangan lagi ketika Panah Wangi turun kembali, tetapi kali ini dari segala arah, sehingga ia harus membuka caping dan berputar untuk menyampok dan merontokkannya.

"Segala jarum! Mau menjahit?" ujar Panah Wangi.

Giliran Panah Wangi kini melepaskan jarum-jarumnya, tetapi yang tidak beracun melainkan membuat seseorang dalam waktu singkat mengantuk dan tertidur. Namun jarum-jarum Panah Wangi pun tersampok dan gugur. Terdengar suara terkekeh-kekeh dari balik kegelapan.


"Heheheheh! Sudah tahu gambarmu ditempelkan di mana-mana masih berani juga berkeliaran di kota ini!" (bersambung)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "55 : TABIB PENGGANTI WAJAH (SERI 274)"

Post a Comment

pembaca yang bijak, selalu menggunakan bahasa yang baik dan santun. Terima kasih.

Translate

Cari