google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 AKAL PENDEKAR PANAH WANGI (SERI 226) | Silat Naga Jawa

AKAL PENDEKAR PANAH WANGI (SERI 226)


KLIK pada gambar untuk membesarkan

ORANG yang ditotok oleh Panah Wangi supaya tertawa terus, masih tertawa terpingkal-pingkal sambil memegang perutnya, seperti melihat dan mendengar sesuatu yang sangat lucu. Namun tidak ada seorang pun yang memperhatikannya. Kukira sepuluh orang mengepung kami dengan pedang terhunus.

"Pasukan Hutan Bersayap adalah induk pasukan kami, meskipun kami sendiri bukan orang kebiri," kata salah seorang pengantar surat, "Tentu kami curiga kalau kuda tempur ini ditunggangi oleh yang tidak semestinya." 

Panah Wangi tampak kesal, berkelebat cepat sekali, dan sepuluh pedang terhunus itu pun berjatuhan menimbulkan bunyi.

"Jangan sembarangan mengeluarkan pedang," ujarnya sambil menyarungkan pedang jian,
"terlalu banyak darah tumpah tanpa ada perlunya.
"Mari kita bicara baik-baik di dalam," katanya lagi.

Semua orang ternganga. Memungut pedangnya masing-masing. Orang yang tertawa terbahak-bahak itu masih berguling-guling dengan leher tegang tercekik dan wajah merah. Tertawa tapi menderita.

"Tapi, Puan, bagaimana dengan..."

Rupanya tidak seorang pun mampu memudarkan totokan itu. Panah Wangi yang sudah melangkah ke arah pintu kedai berbalik lagi dengan wajah dihiasi senyum melecehkan.

"Sekarang kalian tahu bahwa aku tidak bermaksud jahat," katanya, sembari melancarkan totokan jarak jauh untuk memudarkannya. Tawa itu pun berhenti. Tinggal keremangan yang memperdengarkan kencangnya angin, yang begitu kencang, amat sangat kencang, bagaikan tiada lagi yang lebih kencang.

Dalam I Ching tertulis:
Jalan-pintas:
Terangkat ke istana.
Panggilan tulus akan “bahaya!” diumumkan dari istana.
Ini bukan saat kekuatan tentara.
Inilah saat maju ke depan dengan tegas. 1

Di dalam kedai banyak sekali orang berkumpul, mungkin karena mencari kehangatan, mungkin juga karena semua orang sudah mendengar kejadian ini, yang meskipun belum terlalu jelas tentu lebih menarik daripada menunggu kantuk sendirian. Tampaknya dari semua jurusan juga banyak yang singgah, artinya mungkin saja ada yang bersua atau berpapasan dengan maharaja! 

Apakah Panah Wangi merujuk kepada I Ching? Tampaknya ia seperti memiliki kunci-kunci dalam cara pemecahan masalah, dengan cara-cara yang tidak selalu dapat diduga.

Alih-alih merahasiakan, Panah Wangi mengungkap semuanya!

Mula-mula ia duduk di depan meja panjang dan membuka fu tou sehingga rambut panjangnya jatuh ke bahu, yang membuat semua orang menahan napas. Setelah itu Panah Wangi menyanggul rambutnya, dan ruangan itu pun berdesah. Pada dinding di belakangnya terdapat gambar dirinya bersama Harimau Perang, yang disebarkan ke seluruh negeri agar ditangkap dan sekarang orangnya berada di sini!

"Ya, akulah Panah Wangi yang dicari," katanya, "Adakah yang akan menangkapku?"

Tidak ada yang bergerak.

"Pendekar Panah Wangi tidak usah kuatir, di pelosok begini kami tidak terlalu peduli urusan Chang'an."

Agaknya segala macam pertentangan sudah merambat keluar dari Kotaraja Chang'an, karena tidak peduli pun merupakan makna berkesadaran. Aku duduk cukup jauh dari Panah Wangi agar keberadaanku tidak memecahkan perhatian.

"Saudara-saudaraku," begitulah Panah Wangi merangkul keberpihakan, "sebetulnya kami datang untuk mencari maharaja yang hilang..."

Kedai itu segera berdengung.

"Bahkan sebetulnya dilarikan para penculiknya melewati tempat ini."

Maka dengungnya pun semakin keras. Panah Wangi melirikku, lantas mulai bercerita dari depan, yakni dari kejadian di Pasar Timur ketika perburuan kami berujung penemuan peti uang emas yang sudah kosong, perbincangan dengan para penuntun keledai dari usaha jasa Keledai Cepat, dan penguntitan kami sampai memasuki Taman Terlarang.

Sebelumnya, Panah Wangi menyelipkan dahulu penjelasan, mengapa dirinya menjadi orang buronan, yang tidak disesalinya karena para pemerkosa dan calon pemerkosa menurut dia memang wajib dibunuh. Tentang itu, semua orang ternyata setuju.

"Setuju!"
"Setuju!"
"Setuju!"

"Pemerkosa dan calon pemerkosa wajib dibunuh!"

Negeri yang penuh peperangan ini rupanya memiliki kenangan yang buruk, ketika para pemenang selalu merasa berhak mengambil segalanya, menjarah rayah harta benda, ternak maupun manusia, membunuh atau memerkosanya dengan tiada semena-mena.

"Jadi apakah ada jalan lain selain meminjam kuda ini, jika kami merasa wajib mengejar penculiknya dengan segera?"
 
Persoalan kuda sudah dilupakan. Sekarang semua orang memberikan keterangan tentang maharaja dan para penculiknya, yakni tiga orang berkuda yang datang dari arah yang sama dengan arah kedatangan kami.

"Apakah mereka memang para penculiknya, Puan? Waktu mereka makan dan minum di sini tampaknya mereka berbincang dengan akrab sekali!"...(Next Seri 227)
________________________________________________________________
1. Hexagram ke-43, Guai atau Tegas, dalam Margaret J. Pearson, The Original I Ching (2011), h. 173.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "AKAL PENDEKAR PANAH WANGI (SERI 226)"

Post a Comment

pembaca yang bijak, selalu menggunakan bahasa yang baik dan santun. Terima kasih.

Translate

Cari