google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 KEMATIAN ADALAH TIDUR PANJANG (SERI 235) | Silat Naga Jawa

KEMATIAN ADALAH TIDUR PANJANG (SERI 235)

KLIK pada gambar untuk membesarkan

DI permukaan segalanya tercerai-berai dan membingungkan. Ketiga perahu penyeberangan ternyata sudah saling menjauh, dan satu di antaranya tampak berhasil dibocorkan, sehingga tampak miring dan segera tenggelam. Di perahu itu terdapat seorang Dashi dan sepasang suami-istri yang berbaju indah, dua ekor unta, dua ekor kuda, dan dua tukang dayung yang sudah mati.

Pada perahu yang lain justru perompak yang tergeletak. Para penumpang masih lengkap, seorang pengantar surat dan seorang Dashi, dua tukang perahu yang salah satu adalah pemimpinnya, berikut tiga unta dan dua ekor kuda. Kulihat Panah Wangi di perahu itu dalam keadaan basah. Tentu dialah yang terjun, menyergap ke dasar perahu, dan menggagalkan usaha penenggelaman.

Berarti Panah Wangi menangkap apa yang kutangkap bahwa sergapan itu sama sekali bukan perampokan, meski yang mengerjakannya memang para perompak sungai. Suatu perampokan tidak akan membiarkan barang-barang berharga tenggelam, dan para perompak yang menyelam di sungai dingin hanya berkancut, tentu dengan rencana bertindak sangat cepat. Namun jika ini bukan perampokan, dan hanya usaha untuk menenggelamkan, siapa yang menjadi sasaran?"

Sementara ketiga perahu saling menjauh, bahkan yang satu menjelang tenggelam, pengemis tua berjenggot putih itu terlibat pertarungan antara hidup dan mati di atas permukaan sungai, melawan pendekar yang tadi pagi kami lihat asyik berselancar.

"Pengemis Tua Berjengggot Putih! Jadi sekarang itulah namamu! Berani benar kamu menginjakkan kaki di wilayah ini! Apakah kamu sudah lupa perjanjian kita yang ditulis dengan darah 20 tahun lalu?"

"Perjanjian bodoh untuk apa dituruti? Selendang Setan, mengapa kita tidak berdamai dan kawin saja seperti yang pernah kita cita-citakan bersama?‖ Pertarungan mereka hanya terlihat sebagai kelebat bayangan dan suara berdesau di antara deru angin dan kecipak air sungai, tetapi aku dapat melihat serunya pertarungan antara selendang panjang yang mampu menghancurkan batu, melawan tongkat bercabang yang seperti bermata dan selalu terarah ke leher jenjang perempuan itu.

Apakah yang sudah terjadi 20 tahun lalu antara mereka berdua? Selendang Setan tampak seperti berusia 40, dan Pengemis Tua Berjenggot Putih itu mungkin 60 tahun. Kisah cinta macam apa yang harus berakhir dengan baku bunuh?

Padma-Sambhava berkata:
Manusia mati setiap hari ketika tidur, itu pun tidak mati; dan kematian yang datang setiap masa hidup hanyalah tidur lebih panjang daripada yang datang setiap akhir hari 1

"Tolong! Tolong! Istri saya! Tolong!"

Perahu penyeberangan itu semakin cepat tenggelam. Kuda dan unta sudah berenang sendiri-sendiri. Orang Dashi itu pun bisa mengambang. Dalam arus sungai besar, yang permukaannya tampak tenang, tetapi mengalirkan tenaga luar biasa di bawahnya, kemampuan berenang sekadarnya tidak berarti banyak. Sedangkan pasangan suami istri berbusana indah itu tampaknya tidak bisa berenang sama sekali. Suaminya berteriak-teriak sambil berpegangan pada dinding perahu yang kini sudah hampir habis ditelan air, meski akan tetap mengambang.

"Tolong! Istri saya!"

Istrinya masih mengambang, tetapi terseret arus dengan cepat ke hilir seperti batang pohon, sepotong kayu, atau apa pun yang kadang-kadang terlihat mengambang di sungai. Panah Wangi berkelebat di atas permukaan untuk mengejarnya.

"Perompak-perompak itu!" teriaknya kepadaku.

Namun para perompak yang kali ini tidak merampok apa pun sungguh cerdik. Setelah berhasil menenggelamkan perahu, mereka menyebar ke berbagai jurusan dengan kecepatan lumba-lumba. Aku sedang berpikir untuk mengejar salah satunya, ketika kulihat perahu itu akhirnya tenggelam sama sekali, dan suami yang panik tadi tentu tidak bisa menolong dirinya sendiri. Kutolong dia dengan perasaan tidak nyaman, di antara kelebat dan desau pertarungan antara Pengemis Tua Berjenggot Putih melawan Selendang Setan.

"Tidak usah kecewa kehilangan tikus-tikus itu, Nak," kudengar ia berkata kepadaku di tengah pertarungannya, "Sudah kita pegang kepala Kesatuan Perompak Ular Sungai ini."

Baru kuingat lagi sekarang, cerita tentang Selendang Setan yang menjadi ratu Kesatuan Perompak Ular Sungai itu. Sudah lama gerombolan perompak ini diburu berbagai pasukan yang dikirim pemerintah Wangsa Tang, tetapi, ya, sejak 20 tahun lalu ternyata belum berhasil ditumpas juga....(Next Seri 236)
_________________________________________________________________
1. W. Y. Evans-Wentz, The Tibetan Book of the Great Liberation [1973 (1954)], h. 45.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KEMATIAN ADALAH TIDUR PANJANG (SERI 235)"

Post a Comment

pembaca yang bijak, selalu menggunakan bahasa yang baik dan santun. Terima kasih.

Translate

Cari