google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 4: PENYIDIKAN DAN PERTARUNGAN (SERI 24) | Silat Naga Jawa

4: PENYIDIKAN DAN PERTARUNGAN (SERI 24)


KLIK pada gambar untuk membesarkan

Maka dengan ditepisnya segala kemungkinan untuk menggunakan senjata rahasia, terdesaklah Sastrawan Kejam dari Tianshan, yang jelas tidak akan memilih kemungkinan untuk mati terhormat sebagai seorang pendekar.

"Biarkanlah dia lari," kata Elang Merah kepada Yan Zi.

Ya, aku pun selalu ingat ujaran Sun Tzu yang satu ini: 

Janganlah mengejar musuh yang berusaha lari 1 

Demikianlah Sastrawan Kejam dari Tiangshan itu langsung menghilang. Namun bagi golongan hitam, menghilang selalu berarti datang kembali untuk membalas dendam, bila perlu dengan serangan mendadak dari belakang.

***

Orang-orang yang menonton bertepuk tangan atas kemenangan anak muda itu, tetapi ia sama sekali tidak tampak senang, karena rupanya ia tahu dirinya ditolong. Dari jauh Yan Zi dan Elang Merah melihat anak muda itu menolak pedang kehormatan sebagai hadiah pemenang yang akan diberikan penyelanggara bisai, yakni pemerintah Kota Shangluo.

Bersama perempuan yang mereka dengar disebut Adik itu, mereka pergi begitu saja dengan wajah muram, meninggalkan para penyelenggaranya yang bingung memegang pedang kehormatan.

Rembulan di langit bercahaya keperakan, kerumunan itu berangsur-angsur menipis dan bubar. Orang-orang berjalan meninggalkan tempat itu sambil masih membicarakan kejadian yang tidak sepenuhnya bisa mereka jelaskan, karena mereka tidak bisa melihat bagaimana pemuda yang tampaknya keluar sebagai pemenang bisai itu telah mendapat pertolongan.

Perhatian Yan Zi dan Elang Merah terutama tertuju kepada sepasang murid Harimau Perang, dengan segera mereka telah berada di belakangnya, yang meskipun dekat tidak akan mencurigakan, karena jalanan penuh dengan orang-orang yang keluar ke jalanan menyambut purnamanya rembulan. Tanpa mereka sadari, rupa-rupanya seseorang juga mengikuti keduanya dari belakang!

Yan Zi dan Elang Merah kembali saling berpandangan. Mereka tahu belaka jika dirinya diikuti. Saling pengertian keduanya yang sudah begitu erat, rupanya telah membuat saling pandang sekejap itu berarti sebagai kesepakatan atas suatu siasat!

Maka ketika tampak sebuah lorong, Elang Merah segera berbelok memasuki lorong itu, sementara Yan Zi terus mengikuti sepasang remaja yang dari percakapannya terduga sebagai murid Harimau Perang tersebut.

Untuk sejenak, rupanya penguntit itu kebingungan untuk memutuskan siapa yang harus diikutinya, tetapi ia kemudian ternyata tetap mengikuti Yan Zi, sementara tangannya seperti bergerak-gerak memberi suatu tanda.

Namun untunglah Elang Merah sempat menangkap tanda ini. Betapapun Elang Merah adalah seorang mata-mata Kerajaan Tibet. Diketahuinya belaka bahwa tanda itu berarti seseorang yang lain harus mengikutinya pula!

Penguntit itu rupa-rupanya tidak sendirian. Tidak jelas berapa lagi kawan-kawannya yang lain. Apakah mereka anak buah Yang Mulia Paduka Bayang-bayang yang memang jelas diberi tugas mengikuti, seperti telah secara tidak langsung disampaikan juga, ataukah pihak lain yang belum dapat diketahui asalnya?
Kini adalah giliran Elang Merah yang harus cepat bersikap. 

Apakah ia akan menghilang secepat kilat agar penguntitnya kehilangan jejak, lantas ganti menguntitnya dari belakang, ataukah membiarkan diri diikuti saja sambil memikirkan cara terbaik untuk membongkar siapakah kiranya yang berada di balik segala penguntitan?

Di dalam lorong yang kedua tembok di kiri dan kanannya tinggi, kadang terdapat pintu yang terbuka atau tertutup, sebagai bagian samping sebuah rumah di balik tembok itu. Elang Merah melirik sekejap dan melihat bayangan yang menguntitnya itu bersembunyi di antara bayang-bayang tembok tinggi yang menahan cahaya rembulan.

Maka ia langsung berhenti, sehingga bayangan itu pun tak keluar dari balik bayangbayang. Lorong itu begitu sepi, dan napas di balik bayang-bayang itu terdengar jelas bagaikan berdentang di telinga Elang Merah. Ia telah mengambil suatu keputusan!

Dengan sebat tangannya melemparkan pisau terbang bergagang gading, yang segera menancap di jantung penguntit yang bersembunyi di balik bayang-bayang tembok itu. Belum sempat desah napas itu terhenti, pisau terbang bergagang gading itu telah tercabut kembali. Jadi rupanya Elang Merah masih memiliki pisau terbang bergagang gading yang lain!...(Next Seri 25)
_________________________________________________________________
1. Dari Leonard Giles, Sun Tzu's The Art of War (2008), h. 31: "Do not pursue an enemy who stimulates flight; do not attack soldiers whose temper is keen". Ulasan Indra Widjaja dalam Falsafah Perang Sun Tzu (1992), "Bagi Sun Tzu lawan yang nekad adalah lawan yang paling sulit ditaklukkan. Itulah sebabnya, segala usaha mesti dijalankan untuk tidak membuat lawan nekad: 'Mestilah kau berikan jalan keluar kepada musuh yang telah berhasil kau kepung. Jangan terlalu menekan musuh yang terpojok.'", h. 41.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "4: PENYIDIKAN DAN PERTARUNGAN (SERI 24)"

Post a Comment

pembaca yang bijak, selalu menggunakan bahasa yang baik dan santun. Terima kasih.

Translate

Cari