google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 SASTRAWAN KEJAM DARI TIANSHAN (SERI 22) | Silat Naga Jawa

SASTRAWAN KEJAM DARI TIANSHAN (SERI 22)


KLIK pada gambar untuk membesarkan

Rupa-rupanya Gembala Sakti telah menundukkan banyak lawan di gelanggang. Ia yang datang dari wilayah Uighur itu menjura dengan sopan, ketika menjura toya itu dilepasnya, tetapi tetap berdiri seolah-olah sebagian ujungnya terpendam di dalam tanah!

"Gembala gurun yang bodoh ini siap menerima pelajaran."

Sastrawan Kejam dari Tianshan tersenyum melihat toya yang berdiri itu.

"Hmm. Kalau begitu, kirimkanlah salam terakhirmu kepada domba-domba itu, sebelum dirimu sendiri mengembik dalam kesejukan kipasku yang penuh kasih sayang." 

Kembali Gembala Sakti itu menjura lagi.

"Sastrawan Kejam tidak usah berpura-pura menjadi sastrawan, sudah jelas dirinya hanya berbakat dalam seni pembunuhan."

Agaknya kata-kata Gembala Sakti dari Gurun Hobq ini sungguh membuat Sastrawan Kejam dari Tianshan sangat tersinggung, dan apabila kini keduanya hanya tampak sebagai gulungan cahaya berputar yang tiap sebentar memperdengarkan suara dentang dan memperlihatkan letik api perbenturan senjata, sudah jelas berarti Sastrawan Kejam itu menyerang dengan penuh nafsu pembunuhan meski sungguh mendapat perlawanan. 

Apa yang tampak sebagai gulungan cahaya tentu jelas belaka bagi Yan Zi dan Elang Merah yang sudah lupa betapa sebetulnya mereka belum mandi. Bagi orang awam ataupun para pesilat dengan ilmu sekadarnya pertarungan itu sungguh-sungguh hanya merupakan gulungan cahaya, dengan bunyi berdesau yang berasal dari sambaran kipas maupun gebukan toya. Yan Zi dan Elang Merah juga mendengar apa yang dikatakan sepasang muda-mudi yang mereka ikuti tentang pertarungan itu.

"Adik, lihatlah betapa hebatnya orang yang disebut Sastrawan Kejam dari Tianshan itu, dengan senjata kipasnya ia membuat tabir yang tidak dapat ditembus dalam Jurus Penyair Melamun Berkipas-kipas; Gembala Sakti telah menggunakan Jurus Menggiring Domba Gila yang ampuh, tetapi Sastrawan Kejam itu ilmunya tak kurang dari dua tingkat di atasnya; nanti jika Sastrawan Kejam mengeluarkan jurus lain, jurus Gembala Sakti dari Gurun Hobq ini sudah habis dan saat itu ia akan menemui ajalnya."

"Dan apakah Kakak nanti akan menantang Sastrawan Kejam itu?"

"Sudah tentu Adik, bukankah kita berdua memang datang ke Shangluo ini untuk
mengikuti bisai ?"

"Ya, tetapi ilmu silat orang Tianshan itu tinggi sekali, dan jurus seperti Jurus Penyair Melamun Berkipas-kipas itu tampak seperti akan sangat menyakiti."

"Ah Adik, percayalah betapa ilmu guru kita Harimau Perang itu tidak akan terkalahkan oleh ilmu silat orang Tianshan." 

Harimau Perang!

Nama itu tentu saja membuat Yan Zi dan Elang Merah teringat kepada kepentinganku, bahwa bukan sekadar pengembaraanlah yang telah membuat diriku menyeberangi lautan kelabu gunung batu semenjak meninggalkan Thang Long di Daerah Perlindungan An Nam, melainkan tugas yang kuberikan kepada diriku sendiri untuk membongkar rahasia yang dipegang Harimau Perang.

Sedangkan kedua muda-mudi itu datang untuk mengikuti bisai yang bisa membuat mereka terbunuh, dan apabila keduanya terbunuh, jejak samar yang bagaikan mustahil dicari ini akan menguap!

Di gelanggang bisai Gembala Sakti sudah jelas semakin terdesak. Ilmu toya yang dikuasainya memang hebat, karena kedua ujungnya yang bagaikan bermata telah berubah menjadi sejuta, mengejar titik-titik mematikan di tubuh Sastrawan Kejam dari Tianshan. Hanya ketinggian ilmu kipas Sastrawan Kejam itu sajalah yang kini telah memasuki Jurus Sambil Mengipas Menyebar Tusuk Gigi membuat segala serangan toya itu bagaikan selalu tertahan tabir yang tak kasat mata.

Terdengar tawa lemah Sastrawan Kejam yang seperti sudah memastikan kemenangannya. Sementara kipasnya dikebut ke sana dan kemari membentengi diri dari sejuta tusukan toya, jarum-jarum beracun melesat dari balik jubahnya menyerang segenap titik lemah pada tubuh Gembala Sakti dari Gurun Hobq. Jika tidak terdapat suatu keajaiban, jelas nyawa si gembala ini akan melayang. Namun suatu keajaiban memang terjadi.

Zzzzzzzrrrrriiingngng....

Segenap jarum beracun yang nyaris mencabut nyawa itu rontok semuanya ke tanah. Gembala Sakti dari Gurun Hobq itu masih berdiri, sementara Sastrawan Kejam dari Tianshan wajahnya tampak merah padam. 

Seharusnya lawannya itu sudah terkapar dan ia bisa membacakan sebuah puisi pilihan yang disukainya, tetapi bukan saja lawannya itu masih berdiri, melainkan seseorang telah berdiri di antara keduanya dengan pedang lurus yang kini bahkan diacungkan kepadanya...(Next Seri 23)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SASTRAWAN KEJAM DARI TIANSHAN (SERI 22)"

Post a Comment

pembaca yang bijak, selalu menggunakan bahasa yang baik dan santun. Terima kasih.

Translate

Cari