google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 50 : TENTANG MENGADU DUA LAWAN (SERI 249) | Silat Naga Jawa

50 : TENTANG MENGADU DUA LAWAN (SERI 249)


KLIK pada gambar untuk membesarkan

APAKAH itu berarti Hakim Hou telah menyebarkan gambarku dan akan mengerahkan para petugas Dewan Peradilan Kerajaan untuk menangkapku? Betapapun itu belum menjadi urusanku sekarang. Kini yang masih harus digali adalah keterlibatan Harimau Perang melalui perbincangan dengan Bajing Loncat Si Maharaja Bayangan ini, karena hanya dengan mengetahui jejak-jejaknya, maka diriku memiliki pegangan untuk memburunya...

Kami masih berada di api unggun. Hari telah siang. Namun mendung bergulung semakin lama semakin gelap. Kami masih bercakap-cakap sambil mengunyah daging bakar.

"Sebetulnya ini semua bermula dari kehendak Maharaja Dezong untuk menguji kesetiaan Harimau Perang yang waktu itu baru saja datang dari An Nam. Maharaja berkisah tentang ancaman perpecahan yang disebabkan karena para panglima di berbagai wilayah peperangan semakin sulit diatur. Kekuasaan sementara yang didapat dari keadaan darurat perang, rupa-rupanya menimbulkan godaan dan harapan, seandainya kekuasaan itu bisa dimiliki untuk seterusnya.

"Pembangkangan demi pembangkangan di berbagai wilayah terus-menerus ditumpas, tetapi yang sangat mengganggunya adalah perongrongan Yang Mulia Paduka BayangBayang, karena waktu itu bukanlah tantangan perang yang dilakukannya, melainkan perampokan dan pembegalan di berbagai wilayah, yang dikendalikannya dengan Ilmu Pengalih Suara maupun Ilmu Pemisah Suara dari suatu tempat, sehingga dapat berlangsung serentak di berbagai wilayah, bahkan juga yang waktunya berbeda.

"Tampaknya seperti perampokan dan pembegalan, tetapi dilakukan dengan kemampuan pasukan tempur, yang jika dilakukan serentak di berbagai wilayah dan berkali-kali selama sebulan, jelas menimbulkan kegelisahan dan keresahan di seantero Negeri Atap Langit. Apalagi jika dilakukan dari bulan ke bulan dalam setahun. Kesulitan semakin menjadijadi ketika Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang seperti sengaja mengaturnya untuk tidak selalu berlangsung serentak, melainkan bahwa selalu ada kerusuhan baru di tempat lain lagi, setiap kali ada pasukan diberangkatkan dari Chang'an atau barak mana pun di wilayah terdapatnya kerusuhan tersebut."

Aku mendengarkan. Ini sebuah cerita yang tentunya akan panjang. Namun apalah masalahnya dengan sebuah cerita yang akan jadi panjang, terutama bagi seorang pengembara tanpa pekerjaan seperti diriku, yang tidak terikat apa pun selain kepada perjalanan hidup itu sendiri. Jika kehidupan ini membuat diriku berhenti, duduk, dan mendengarkan, maka diriku akan berhenti, duduk, dan mendengarkan. Jika kehidupan ini membuat diriku melakukan perjalanan, maka diriku pun akan melakukan perjalanan...

Zhuang Zi berkata:

pengembara terbesar tak tahu ke mana ia akan pergi;
pelancong terbesar tak tahu mau melihat apa.
Kembaranya tak membawanya ke suatu gubahan melebihi gubahan lain;
pandangannya tidak terarah ke satu pemandangan daripada yang lain.
Itulah yang kumaksud pelancong sejati.
Dan itulah sebabnya kukatakan,
“Sekarang dikau tentu akan menjadi seorang pengembara!” 1

Zheng Yuqing baru saja diangkat jadi perdana menteri, menggantikan Zhao Zongru, tetapi masih harus bekerja bersama Cui Sun, yang diangkat pada tahun 796, tahun yang sama dengan pengangkatan Zhao Zongru2. 

    Menurut Si Bajing Loncat, sebetulnya sepak terjang Harimau Perang sebagai kepala mata-mata gabungan pasukan pemberontak An Nam terendus tentunya bukan oleh maharaja, melainkan oleh Zheng Yuqing yang sudah pusing tujuh keliling dengan cara berperang Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang.

"Seandainya dua lawan bisa kuadu," pikir Zheng Yuqing, tentu dalam penceritaan kembali Bajing Loncat, yang tentu mendengarnya kemudian sebagai maharaja bayangan.

"Jadi sebagai maharaja bayangan, diriku bukan sekadar maharaja pajangan," ujar Bajing Loncat, "melainkan bisa mengganggu, dengan sekadar mencuri-curi pengambilan keputusan!"

Zheng Yuqing tidak tahu bahwa yang dihadapinya adalah maharaja bayangan! Meskipun Zheng Yuqing tahu gagasan dan kehadiran seorang maharaja bayangan, tetapi Si Bajing Loncat tampaknya telah berperan begitu baik, amat sangat baik, bagaikan tiada lagi yang lebih baik. Bukan tiada mungkin lebih baik dari maharaja itu sendiri! Mengapa tidak? Dalam seni peran ia hanya bisa menyamainya, tetapi dalam seni pemikiran, ia boleh melampauinya, karena betapapun tiada batas bagi seorang raja diraja Negeri Atap Langit bukan?

Namun siapakah kiranya yang telah memiliki gagasan semacam itu, bahwa perdana menteri seperti Zheng Yuqing sebaiknya ditemui seorang maharaja bayangan saja?

"Apakah itu penting?" Bajing Loncat masih mencoba untuk mengelak, meskipun tidak ada yang perlu dipertahankannya.
"Tentu saja penting," kataku, "karena dialah yang berkepentingan bukan?"

Panah Wangi mendesak.
"Siapa?" (Bersambung)

_________________________________________________________________
1. Arthur Waley, Three Ways of Thought in Ancient China [1974 (1939)], h. 61.
2. Daftar para kanselir (chancellors) semasa Kaisar Dezong yang sebanding dengan perdana menteri terdapat dalam "Emperor Dezong of Tang", Wikipedia. Tercatat Zhao Zongru menjabat selama 796-798, Cui Sun selama 796-803, dan Zheng Yuqing selama 798-800. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "50 : TENTANG MENGADU DUA LAWAN (SERI 249)"

Post a Comment

pembaca yang bijak, selalu menggunakan bahasa yang baik dan santun. Terima kasih.

Translate

Cari