google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 PENGEMIS TUA MENGUAK RAHASIA (SERI 261) | Silat Naga Jawa

PENGEMIS TUA MENGUAK RAHASIA (SERI 261)


KLIK pada gambar untuk membesarkan

LANGIT terang, angin bertiup kencang, tetapi kami merasa berada di dalam kuburan. Ternyata lebih banyak lagi mayat-mayat orang tidak berdosa bergelimpangan dan bergeletakan di berbagai sudut yang dalam kegelapan semalam tidak segera dapat terlihat. Betapapun ini bukan sekadar tempat persinggahan para pengantar surat, melainkan pangkalan perahu-perahu penyeberangan, sehingga ketika malam akan terdapatlah para calon penumpang yang menginap agar dapat menggunakan jasa tukang perahu pada penyeberangan terawal. Mereka yang tidak punya cukup uang untuk membayar penginapan akan menumpang tidur di perahu, atau gardu para pengantar surat, yang hanyalah merupakan tempat merebahkan badan sekadarnya.

Dengan mayat-mayat yang bergeletakan seperti itu, pagi tercerah dengan cahaya keemasan terindah menjadi pagi yang bukan sekadar menyedihkan, melainkan juga menyeramkan.

"Pengemis Tua! Mengapa diam saja? Malu dengan perilaku pada masa mudamu? Apakah harus diriku yang mengungkapnya, wahai orang tua?!"

"Aku sekarang memang tua Selendang Setan, itu berarti tidak ada sesuatu pun yang harus kusembunyikan, karena semakin bertambah usia seseorang, semestinyalah ia semakin bertambah bijak."

"Huh! Kebijakan seorang pengemis! Apalah yang bisa diharapkan dari seseorang yang selama hidupnya mengemis!"

Pengemis Tua Berjenggot Putih itu menggeleng-gelengkan kepala, begitu banyak hal tampak bergolak dalam dirinya. Sementara Selendang Setan telah membentangkan selendangnya di tangan kiri dan kanan. Ini jenis selendang yang bisa membentuk gelang-gelang sembilan lingkaran, yang lantas akan bisa membuatnya meluncur pada lorong yang terbentuk oleh sembilan lingkaran gelang-gelang itu. Setelah keluar dari lorong itu ia bisa menyentakkan selendangnya dan lenyaplah sembilan lingkaran gelang-gelang yang terbentuk dari selendang panjang itu.

Namun apabila tarian selendang panjang sembilan lingkaran itu dialihkan menjadi Ilmu Silat Selendang Setan, sembilan lingkaran gelang-gelang ini bukannya akan meloloskan, melainkan sebaliknya, menjirat dan mengiris tubuhnya menjadi sembilan potongan! Betapa tidak, jika selendang menerawang itu, ketika dimainkan dalam Ilmu Silat Selendang Setan, meski tetap lemah gemulai bilamana bersentuhan dengan senjata lawan menjadi begitu keras, sehingga bahkan dapat mematahkan pedang jian.

Sang Buddha berkata:
bagi manusia sungai tampak seperti sungai,

tetapi bagi iblis kelaparan,

yang melihat api di dalam air,

akan tampak seperti api. 1

"Selendang Setan!"

"Apalagi Pengemis Tua?"

"Benar tidak tahukah kamu bahwa istri Pemuda Liu yang bermaksud kau bunuh itu adalah adikmu sendiri?"

Selendang Setan tampak tertegun.

"Sudah kukatakan tadi, siapalah yang kamu perhatikan selain dirimu sendiri?"

"Lanjutkan bualanmu itu Pengemis Tua!"

"Ya, itulah adikmu, putri ibumu, tetapi bukan dari Ular Sungai," lanjut Pengemis Tua Berjenggot Putih, ''Ya, ibumu berselingkuh, dan ayahmu nyaris membunuhnya jika seseorang tidak menolongnya."

"Siapa yang menolongnya?"

Pengemis Tua Berjenggot Putih itu berhenti sejenak.

"Hahahahahahahaha! Tertarikkah Selendang Setan? Huahahahahaha!"

Aku yang sejak awal pernah mendengar cerita semua pelaku ini pun menjadi ikut tertarik. Sempat juga aku berpikir, siapa yang akan mengurus begitu banyak mayat yang berlimpangan ini? Siapakah yang akan membakar, mengubur, atau menyembahyangkannya? Namun perbincangan itu sudah berlanjut.

"Sekali pembual tetap pembual," ujar Selendang Merah, "aku hanya ingin tahu, apakah bualanmu itu sama buruknya dengan ilmu silatmu."

Jika Pengemis Tua Berjenggot Putih membual, sudah tentu bualannya itu hebat sekali, tetapi jika yang akan dikatakannya nanti membuat semuanya benar dan tiada lain selain benar, maka apakah kiranya yang akan dilakukan Selendang Setan?

"Aku tidak tahu namanya, tetapi yang menolongnya, menurut Ular Sungai kepadaku adalah seorang pendekar kebiri," lanjut Pengemis Tua Berjenggot Putih, "Ular Sungai hanya mengingat cirinya, ia tinggi tegap, berambut lurus panjang, dan senjatanya adalah sepasang pedang panjang melengkung."

Alih-alih Selendang Setan, akulah yang menjadi terkejut. Ciri-ciri itu seperti ciri-ciri Harimau Perang! Di manakah peristiwa itu terjadi? Apakah Ular Sungai yang berkeliaran sampai Daerah Perlindungan An Nam; ataukah Harimau Perang yang telah mengembara sampai ke Sungai Wei dan Jalur Sutera?

"Orang kebiri?"

Pertanyaan Selendang Setan ini sama dengan pertanyaanku. Bedanya, Selendang Setan mungkin beranggapan orang kebiri sudah pasti berada di istana, sesuai dengan pengorbanan memotong bagian tubuh yang membuatnya berbeda dari perempuan. Pertanyaanku tentu karena keheranan luar biasa, jika memang benar bahwa Harimau Perang adalah orang kebiri! (bersambung)
________________________________________
1. Dari The Teaching of Buddha [2005 (1975)], Page-110.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PENGEMIS TUA MENGUAK RAHASIA (SERI 261)"

Post a Comment

pembaca yang bijak, selalu menggunakan bahasa yang baik dan santun. Terima kasih.

Translate

Cari