google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 52 : CERITA SI PENGEMIS TUA (SERI 259) | Silat Naga Jawa

52 : CERITA SI PENGEMIS TUA (SERI 259)


KLIK pada gambar untuk membesarkan

"HEHEHEHEHEHEH ! Masih percaya ada sihir di dunia ini? Dunia persilatan pun sesungguhnyalah penuh dengan moshu! Heheheheheheh!"

Moshu maksudnya adalah sulap. Di atas genting itu, kukenali Pengemis Tua Berjenggot Putih, yang dalam kegelapan tetap saja terlihat sedang mengelu-elus jenggotnya. Apakah aku harus merasa senang seperti bertemu kawan lama dengan orang ini? Ataukah aku seharusnya curiga?

Kukira Pengemis Tua Berjenggot Putih tidak mungkin kebetulan saja berada di wilayah kekuasaan Kesatuan Perompak Ular Sungai ini. Percakapan yang kudengar ketika dirinya bertarung melawan Selendang Setan waktu itu, seharusnya sudah cukup jelas, tetapi siapakah kiranya yang akan menduga betapa malam ini para anggota Kesatuan Perompak Ular Sungai mengambang begitu rupa?

"Duapuluh tahun yang lalu Ular Sungai sengaja menjauhkan aku dari Selendang Setan, agar diriku tidak terlibat dalam persaingan merebut kedudukan ketua," ujarnya, ''Meskipun aku bukan anggota Kesatuan Perompak Ular Sungai, jika dapat kukalahkan semua pesaing dalam perebutan itu, maka aku berhak menjadi ketuanya, yang kiranya sangat tidak dikehendaki Ular Sungai.

"Namun Ular Sungai sebetulnya juga tidak menghendaki siapa pun menjadi ketua selain putrinya sendiri, yang meskipun tidak kalah berminat, sebetulnya tidak punya cukup ilmu silat untuk mengalahkan ketiga perompak lain yang menjadi pesaingnya. Maka sebelum mati Ular Sungai menurunkan ilmunya kepada Selendang Setan, dengan syarat bahwa dia tidak boleh kawin selama hidupnya. Saat itu Selendang Setan belum bernama Selendang Setan, karena ilmu itulah, yakni Ilmu Silat Selendang Setan, yang digubah berdasarkan gerakan ular sungai yang telah membuat Ular Sungai disebut Ular Sungai, maka Selendang Setan bernama Selendang Setan.

"Sebagai kekasih Selendang Setan, permainan Ular Sungai menghancurkan hidupku, begitu rupa sehingga aku tidak pernah menikah selama hidupku. Tentu juga tidak adil bahwa aku dijauhkan dari kesempatan merebut kedudukan itu, dengan alasan diriku adalah anggota Partai Pengemis, karena itu melanggar peraturan kaum perompak sendiri. Peraturan hanya mengatakan, setelah berhak atas kedudukan ketua melalui pertarungan, maka segenap keterikatan dengan kelompok apa pun, termasuk perguruannya sendiri, harus dilepaskan."

Aku tidak mengatakan apa pun, sebaiknya aku menunggu. Memutuskan untuk bertindak tanpa kejelasan apa pun adalah sangat berbahaya. Apalagi belum terjawab, apakah memang sudah pasti bahwa Pengemis Tua Berjenggot Putih melewati wilayah ini karena kebetulan.

"Sudah kujelaskan kepada Ular Sungai bahwa aku sudah keluar dari Partai Pengemis atas permintaanku sendiri, dan karena¬nya hal itu tidak bisa menjadi alasan, tetapi Ular Sungai tidak percaya dan meminta bukti tertulis dari ketua Partai Penge¬mis, atau saksi mata, untuk meyakinkannya. Aku pergi dan mendapatkan pernyataan tertulis dari ketua Partai Pengemis, tetapi ketika aku kembali kedudukan ketua itu sudah dipegang Selendang Setan. Perempuan itu menyatakan pemilihan ketua itu dipercepat karena Ular Sungai sudah begitu parah sakitnya. Apakah ini bisa dipercaya?"

Langit yang semula gelap mulai terang. Nada suara Pengemis Tua Berjenggot Putih itu meninggi.

"Pendekar Tanpa Nama, apakah semua ini bisa dipercaya? Apakah tidak mungkin terjadi yang sebaliknya? Selendang Setan membunuh semua pesaingnya maupun Ular Sungai dan mengarang cerita itu!"

"Membunuh ayahnya sendiri?"

Pengemis Tua Berjenggot Putih, yang semula duduk di wuwungan bangunan sederhana di persinggahan ini, melompat berdiri dan meludah.

"Cuih! Kamu kira ayah macam apa Ular Sungai itu? Kamu kira urusan macam apa pula yang akan membuat Selendang Setan merasa pantas membunuh ayah kandungnya itu?"

Aku menahan diri untuk tidak mendesak, karena kuketahui betapa kenyataan di dunia persilatan seringkali sangat mengerikan.

"Lebih baik aku tidak menceritakannya," ujar Pengemis Tua Berjenggot Putih, ''karena tidak adil jika bukan orang yang mengalami, atas niatnya sendiri, yang bercerita."

Jika yang dimaksud Selendang Setan, ia tidak bisa bercerita atau membela diri, karena sejauh kuketahui tidakkah waktu itu dia mengalami luka dalam dan tenggelam? Tiga orang yang membabatnya dengan lwe-kang, tentulah parah. Namun jika Pengemis Tua Berjenggot Putih mengatakan, jangan pernah bertarung dengan Selendang Setan di dalam air, dapat berarti meskipun mengalami luka dalam, ketertenggelaman itu sendiri bukan hanya tidak akan membunuhnya, melainkan sebaliknya, justru menyembuhkannya! (bersambung)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "52 : CERITA SI PENGEMIS TUA (SERI 259)"

Post a Comment

pembaca yang bijak, selalu menggunakan bahasa yang baik dan santun. Terima kasih.

Translate

Cari