google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 PERSILATAN DAN PERSULAPAN (SERI 263) | Silat Naga Jawa

PERSILATAN DAN PERSULAPAN (SERI 263)


KLIK pada gambar untuk membesarkan

GEMURUH angin memekakkan telinga. Tempat persinggahan yang semula sunyi seperti di kuburan kini bagaikan lalu-lintas yang ramai, ketika tiupan terkencang bagai memperdengarkan teriakan-teriakan terkeras dari banyak orang yang tiada terlihat, antara kemarahan dan kesakitan silih berganti. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan dalam keadaan alam seperti ini selain bertahan dan mencari keselamatan. Pagi memang tetap terang benderang, tetapi kesunyiannya sudah hilang, menjadi hiruk-pikuk kepanikan yang asalnya tidak terlalu jelas.

Apakah angin kencang ini akan menjadi badai, bukanlah kemampuanku untuk meramalkannya, tetapi perahu-perahu yang ditambatkan hampir semua tali penambatnya tertarik lepas, dan terseret arus sampai tiada terlihat lagi. Angin yang membawa pasir kemudian membuat langit pun menjadi gelap. Tidak kulihat lagi Pengemis Tua Berjenggot Putih maupun Selendang Setan. Bahkan diriku pun, jika tidak mengerahkan ilmu memberatkan tubuh, niscaya sudah terpindahkan dan jatuh terguling ke tempat lain yang jauh.

Sembari bertahan kulihat mayat-mayat yang semula tergeletak dengan beku mulai terseret. Mula-mula memang hanya bergerak-gerak, sehingga beberapa di antaranya tampak seperti masih hidup, seperti orang tidur yang bergerak ke sana dan kemari, berguling ke samping kanan dan kiri. Lantas mayat-mayat itu mulai terseret di atas tanah. Mayat yang telungkup terseret dalam keadaan telungkup, mayat yang terlentang terseret dalam keadaan terlentang, sedangkan mayat yang terduduk terseret dalam keadaan tetap duduk.

Ada juga mayat yang semula tertelungkup atau tertelentang setelah beberapa saat terseret lantas terguling-guling. Mayat-mayat yang terseret maupun terguling-guling apabila terhalang sesuatu akan menyangkut di tempat itu, kadang tampak seperti akan berada di situ selamanya dengan tangan, kaki, atau kepala yang bergerak-gerak seperti sedang mengerjakan sesuatu, kadang bisa terlepas dan terseret atau terguling-guling kembali. Adapun yang tidak tersangkut sesuatu masih terus terseret atau terguling-guling tanpa dapat diketahui kapan akan berhenti, atau akan menyangkut di mana, bahkan angin yang tidak semakin surut kekuatannya itu kemudian ternyata menerbangkannya.

Mayat-mayat yang beterbangan di udara seperti daun kering diterbangkan angin. Apakah ini tidak terlalu berlebihan? Kulihat pula bagaimana mayat-mayat yang terapung-apung di sungai itu terseret lepas dari sangkutannya, bukan karena terbawa arus sungai yang deras menuju ke hilir, melainkan justru tertiup angin ke arah yang berlawanan, meluncur di atas permukaan air sungai, semakin lama semakin cepat dan akhirnya melayang seperti dedaunan yang beterbangan pula.

Aku terkesiap dan segera memusatkan perhatian. Kukira ini sama sekali bukan peristiwa alam. Ini adalah tipuan sihir!

Sun Tzu berkata:
gunakan siasat dengan bijak

untuk memperlemah perlawanan musuh

dan mengubah pertempuran menguntungkan dirimu 1

Ketika badai pasir telah berlalu dan langit kembali cerah, Pengemis Tua Berjenggot Putih dan Selendang Setan kulihat terkapar sebagai mayat. Pengemis Tua Berjenggot Putih binasa dalam keadaan tertelungkup, sedangkan Selendang Setan perlaya dalam keadaan terlentang, keduanya tampak memuntahkan darah segar. Ya, darahnya berkilauan dalam cahaya matahari karena belum mengering. Keduanya baru beberapa saat saja terbunuh tanpa sempat melakukan perlawanan.

Pukulan yang telah membunuh Pengemis Tua Berjenggot Putih dan Selendang Setan sebenarnya adalah pukulan Telapak Darah, yang sangat jamak digunakan sebagai salah satu jurus tangan kosong dalam dunia persilatan, tetapi yang kali ini dengan mudahnya menembus pertahanan mereka karena kecepatan yang luar biasa.

Mayat-mayat itu, yang bergelimpangan di darat maupun terapung-apung di sungai, sudah lenyap sama sekali. Namun tetap saja kembalinya kesunyian ini adalah kembalinya kesunyian yang tidak menenteramkan. Kurasakan angin berhembus dan kudengar kericik air sungai, tetapi aku tahu betapa sebaiknya aku jauh lebih waspada!

Lantas terdengar suara yang begitu halus dan merdu, yang sungguh bertentangan dengan suasana yang jauh dari me¬nenteramkan dari tempat ini. Jika tidak menyadari betapa dunia persilatan sungguh penuh jebakan dan tipuan maut, sangat mungkin diriku akan terkecoh oleh kehalusan dan kemerduan seperti ini.

"Sungguh kebetulan dapat menjumpai Pendekar Tanpa Nama yang ternama di sini," ujar suara halus dan merdu itu di belakangku.

Aku sangat ingin berbalik untuk melihat wajah pemilik suara itu, tetapi firasatku mengatakan jangan! Maka aku pun menjawab tanpa menoleh. (bersambung)
________________________________________
1 Martina Sprague, Lessons in the Art of War (2011), Page-92.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PERSILATAN DAN PERSULAPAN (SERI 263)"

Post a Comment

pembaca yang bijak, selalu menggunakan bahasa yang baik dan santun. Terima kasih.

Translate

Cari