google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 PERJUANGAN MENGANTARKAN RAHASIA (SERI 267) | Silat Naga Jawa

PERJUANGAN MENGANTARKAN RAHASIA (SERI 267)


KLIK pada gambar untuk membesarkan

AKU melaju dengan kuda pengantar surat tercepat dan paling lama istirahatnya, sementara begitu banyak pertanyaan mengiang-ngiang dalam kepalaku.

Pengantar surat itu memang tidak membawa surat, tetapi tetap dirinyalah pengantar pesan rahasia itu. Ia membisikkan pesan itu ke telingaku sebelum mati. Kini aku melaju dengan pesan itu dalam kepalaku.

Apa yang kualami di perjalanan sama dengan apa yang dialami para pengantar surat pada saat ketegangan sedang memuncak. Semula, terbawa oleh para pengantar surat sebelumnya, aku membabat dengan pedang jian ke kiri dan ke kanan, yang di tengah hujan lebat itu semburan darahnya menyiprat-nyiprat dengan gerak yang bagai melambankan hujan. 

    Ketika langit menjadi pekat, dan tiada apa pun yang bisa kulihat, memang tiada lain yang dapat kulakukan selain membabat ke kiri dan ke kanan dengan sisa kepekaan yang paling memungkinkan. Demikianlah aku merunduk, ketika anak panah menyambar dari kiri dan kanan, dan mengangkat badan ketika serangan bacokan kelewang datang dari depan. Darah yang bermuncratan betapapun membuat aku sedih.

Baru kemudian kuingat betapa aku bisa menyimpan saja pedang jian itu dan menggantikannya dengan totokan jarak jauh, yang akan melumpuhkan tetapi tidak mematikan sehingga mengurangi jatuhnya korban. Namun aku tidak bisa mengubah nasib mereka lagi jika mereka yang jatuh dari kuda dan tergeletak lumpuh itu lantas ketika bangkit dibabat oleh pengantar surat berikutnya.

Hujan tidak kunjung reda dan para penghalang laju pesan tiada berkurang. Sepanjang jalan kulihat para pengantar surat yang telah ditewaskan sebelumnya, karena memang tidak dapat diketahui dari para pengantar surat yang susul-menyusul melaju, siapa satu orang yang membawa pesan rahasia itu. Di antara kilat sabung-menyabung anak panah berlesatan menancap ke sasaran, membuatku kagum atas kemampuan para pemanah yang harus mencari celah di antara hujan.

Derasnya hujan juga membuat jalur cepat menjadi sungai yang menghambat laju kuda dan sebaliknya memperbanyak jumlah penghadang. Demi kecepatan yang tiada boleh berkurang terpaksa kulakukan sapu bersih dengan angin pukulan, sehingga lima penunggang kuda yang mencegat terpental beterbangan bersama kudanya ke udara, dan dengan segala penyesalan tiada dapat kujaga, apakah ketika terjatuh akan tetap hidup atau kepalanya terantuk batu dan tewas seketika itu juga.

Zhuangzi berkata:
dikau telah mendengar tentang pengetahuan yang diketahui,

tetapi tak pernah tentang pengetahuan yang tak pernah diketahui.

tengoklah ke dalam ruang tertutup,

kamar kosong tempat kecemerlangan dilahirkan! 1

Memerlukan waktu semalaman lagi agar aku tiba kembali di Chang'an, setelah melewati penghalang terakhir, tiada lebih dan tiada kurang seorang pendekar tangguh, tetapi telah menjual tenaganya kepada perkumpulan rahasia, yang agaknya disewa kaum pemberontak untuk merampas rahasia ini dari tanganku. Jika rahasia ini berada dalam kepalaku berarti diriku harus dibuat mengaku, dan untuk membuat diriku mengaku tentu aku harus ditundukkan lebih dahulu. Setelah sepanjang jalan para pencegat gagal menghentikan maupun memperlambatku, dengan segera dicari orang gagah andalan, yang mungkin sudah biasa disewa untuk menyelesaikan masalah secara tuntas, seperti melakukan pembunuhan.

Pada ujung jalan jalur cepat ini berdirilah dia dengan gagahnya. Segenap busananya hitam, kepalanya berkerudung, dan hanya kelihatan matanya, seperti para penyusup dari perkumpulan rahasia. Berbeda dengan anggota perkumpulan rahasia, ia menyoren dua pedang panjang saling bersilang di punggungnya. Ia menutup wajah hanya agar dirinya tidak dikenal ketika melakukan pembunuhan. Namun aku tidak berniat memperlambat laju kuda ini sedikit pun.

Jarum-jarum beracun dilepasnya dengan lwe-kang atau tenaga dalam yang segera kubuyarkan dengan angin pukulan bertenaga dalam juga. Belum lagi usai jarum-jarum beracun itu buyar, sudah datang lagi pukulan gelombang hawa panas, yang jika sempat menyentuh tubuhku akan membuatku menyala lantas menjadi arang. Namun jurus Bayangan Cermin menyerap dan mengembalikan gelombang hawa panas itu dengan cara yang tidak dikenalnya. Kudaku melompati tubuhnya yang tergelimpang sebagai arang yang basah. Tubuhnya sempat menyala terbakar sebelum padam kembali karena hujan.

Aku tidak memperlambat kecepatan ketika memasuki wilayah tak berhujan dan melihat tembok Kotaraja Chang'an di kejauhan. Apalagi di balik tembok itu asap membubung dan terlihat merahnya api yang berkobar menyala-nyala. (bersambung)
________________________________________
1. John Blofeld, The Secret and Sublime: Taoist Mysteries and Magic (1973), Page-128.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PERJUANGAN MENGANTARKAN RAHASIA (SERI 267)"

Post a Comment

pembaca yang bijak, selalu menggunakan bahasa yang baik dan santun. Terima kasih.

Translate

Cari