google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 49 : MEMBURU PARA PEMBUNUH BAYARAN (SERI 244) | Silat Naga Jawa

49 : MEMBURU PARA PEMBUNUH BAYARAN (SERI 244)


KLIK pada gambar untuk membesarkan

DENGAN pengandaian bahwa kuda para pembunuh yang mengejar maharaja itu tidak secepat kuda kami, meskipun sama-sama memacunya sepanjang malam, kami yakin ketika berhasil menyusulnya tidak hanya akan menemukan mayat. Betapapun, kekhawatiran bahwa perhitungan yang salah akan membuat suatu nyawa melayang, membuat kami terus memacunya agar menjadi lebih cepat, lebih cepat, dan lebih cepat lagi. 
Perubahan arah angin, karena perubahan cuaca dari malam menuju pagi, lebih menguntungkan kami ketika tiupan angin yang kencang datangnya dari belakang punggung kami. Angin bertiup kencang dari arah depan ketika kami sibuk dengan perjudian tadi, yang berarti menghambat laju para pembunuh itu. Namun, meskipun disebut jalur cepat, jalan menuju Sha tidaklah selalu lurus dan mulus karena tanahnya dikeraskan. 

    Pada saat jalan dibuat untuk pertama kalinya, memang seluruh jalur cepat di seantero Negeri Atap Langit tanahnya dikeraskan, dengan mengerahkan berlaksa-laksa penduduk di wilayah yang dilalui jalur cepat itu. Betapapun pada saat rusak dan harus diperbaiki, hanya jalur-jalur tertentulah yang diutamakan, dan pada wilayah ini itulah jalur-jalur yang digunakan untuk memperlancar pengiriman berpuluh bahkan beratus ribu tentara ke wilayah pertentangan di perbatasan.

Maka, dalam percabangan jalur cepat ini, jalur ke Sha tidak akan lebih penting dibandingkan Jalur Sutra. Demikianlah jalan yang semula lurus, lantas berbelok melewati lembah di antara dua gunung batu, dari kelokan ke kelokan, hanya lembah, lembah, dan lembah saja adanya. Berbeda dengan kuda biasa, kuda cepat ini sudah dilatih mengenali jalan yang akan sering dilaluinya, sehingga kecepatannya tidak banyak berkurang, bahkan tidak jarang lebih memilih untuk melompati jurang jika lompatannya menjangkau daripada meniti titian. 

    Dalam hal seperti ini, tali kekang dapat kami lepaskan, dan kuda itu tetap melaju tanpa pengarahan. Kuharap ini tidak terjadi dengan kuda para pembunuh yang melaju sebelumnya, meskipun aku tahu kuda mereka tentu tidak akan selamban keledai. Begitu kami tiba di kaki gunung dan kembali ke jalan yang lempang, segera pula kami pacu kuda kami bersamaan dengan datangnya fajar.

Laozi berkata:

langit dan bumi itu kejam;
bagi mereka sepuluh ribu hal adalah pajangan.
orang suci juga kejam,
baginya orang banyak juga pajangan. 1

Lantas kami lihat dua titik sedang melesat di kejauhan, mengejar sebuah titik yang lebih jauh lagi, yang meskipun tampak sangat amat jauhnya, sebagai titik yang masih sangat kecil, tampak juga caranya berkuda yang sungguh tenang-tenang. Jarak antara sebuah titik yang berkuda tenang-tenang dengan kedua titik yang memburunya masih sangat jauh, begitu pula jarak antara kami dengan kedua titik yang sedang kami kejar lebih jauh lagi. Namun di padang terbuka, meski ujudnya hanya titik kecil, dalam jarak sejauh ini tetap terlihat juga.

Langit kelabu tampak seperti mau hujan. Titik yang masih berada di kejauhan itu tampaknya tidak sadar betapa jiwanya sedang terancam, juga sama sekali tidak pernah menoleh ke belakang, sehingga tiada tahu-menahu adanya dua ekor kuda yang melaju dengan membawa dua orang yang bermaksud membunuhnya. 

    Sedangkan dua penunggang kuda itu pun tampaknya tidak menyadari sama sekali bahwa ada dua orang yang telah mengikuti jejak mereka selama berhari-hari, tiada lebih dan tiada kurang untuk menghalangi. Mengingat kecepatannya memacu kuda, jelas mereka tidak mau membuang waktu lagi, tetapi kami juga tidak mau membuang waktu dan ingin segera melumpuhkan mereka secepat-cepatnya.

Ternyata salah satunya menoleh ke belakang, melihat kami, dan mereka segera memacu kudanya lebih cepat dari sebelumnya. Panah Wangi berteriak kepadaku.

"Kejar! Jangan sampai mereka membunuhnya lebih dulu!"

Kulihat yang selama ini kami sangka maharaja bayangan masih seperti belum sadar sedang diburu. Seperti pengejarnya ia pun harus dibuat menoleh ke belakang. Namun apakah jaraknya tidak terlalu jauh untuk tombak maupun panah sekalipun? Kami memacu kuda secepat mungkin, tetapi dengan jarak yang sudah kasat mata seperti sekarang, kukira kuda tercepat di dunia pun tidak akan mampu mendahului kedua pembunuh itu mendekati mangsanya! Saat itulah hujan turun dari langit, guntur menggelegar, dan kilat sambungmenyambung. (Bersambung) 
_________________________________________________________________
1. Dari ayat ke-5 dalam Daodejing, melalui Arthur Waley, The Way and Its Power [1977 (1934)], h. 146.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "49 : MEMBURU PARA PEMBUNUH BAYARAN (SERI 244)"

Post a Comment

pembaca yang bijak, selalu menggunakan bahasa yang baik dan santun. Terima kasih.

Translate

Cari