google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 54 : LEDAKAN DAN CAHAYA DIATAS KOTA (SERI 269) | Silat Naga Jawa

54 : LEDAKAN DAN CAHAYA DIATAS KOTA (SERI 269)


KLIK pada gambar untuk membesarkan


KOTA Kemaharajaan juga disebut Istana Barat yang terletak di sebelah barat daya Istana Daming. Disebut Kota Kemaharajaan mungkin karena merupakan pusat pelaksanaan pemerintahan, tetapi pelaksanaan yang sebenarnya berlangsung di dalam empat gedung di belakangnya, dengan Gerbang Chengtian sebagai pembatasnya. Di dalam salah satu dari empat gedung itulah Perdana Menteri Zheng Yuqing bekerja. Mungkin juga semua menteri bekerja di dalam empat gedung ini, aku lupa lagi.

Namun kini, sebelum menemui perdana menteri itu, aku ditelanjangi terlebih dahulu. Jangan lagi senjata, selembar benang pun tidak ada di tubuhku. Setelah yakin betapa di balik kulitku tiada tersembunyi senjata sekecil apa pun, barulah aku diizinkan menemui perdana menteri. Itu pun dengan pinjaman jubah sutra karena harus berbusana pantas. Kulihat bajuku yang terpuruk, memang buruk sekali, nyaris seperti pengemis, meski tidak compang-camping dan tidak bertambal-tambal. Namun sejak kapan seorang hina kelana harus berbaju bagus?

Kukira inilah untuk pertama kalinya kukenakan busana sutra. Pantaslah orang suka menjadi kaya, dan dengan kekayaannya dapat mengenakan busana sutra seseringnya.

''Benarkah seorang hina kelana harus hina pula bajunya?"
Para penjaga yang melucutiku bertanya dengan pandangan menghina pula, tetapi aku tidak merasa harus marah atau tersinggung.

''Tolong jangan dibuang,'' kataku, ''aku tidak punya baju lagi.''

Maka, pandangannya pun semakin merendahkan. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

''Kalau bukan karena surat jalan itu, tidak mungkinlah kamu menginjak Kota Kemaharajaan ini.''

Kujelaskan bukanlah maksudku untuk menjadi pengantar surat tanpa diminta. Penjaga itu kembali menggeleng-gelengkan kepala, bicara seperti kepada dirinya sendiri.

''Pada masa kacau seperti ini, apa yang bisa membuat kita percaya pada seseorang ....''

Kukira memang itu bukan pikiran yang keliru. Aku diminta menunggu di sebuah ruangan kosong, dengan empat pengawal yang berilmu silat tingkat pendekar berjaga pada empat sudutnya. Dalam surat jalan disebutkan betapa rahasia ini harus dibisikkan ke telinga perdana menteri sendiri. Begitulah rahasia hanya berharga sebagai rahasia ketika rahasia itu tetap tinggal sebagai rahasia.

Sang Buddha berkata:
jika dikau perbaiki hatimu pada satu titik
maka tiada yang tak mungkin bagimu 1

Hari sudah larut ketika aku keluar dari Kota Kemaharajaan, tetapi api tidak juga kunjung padam, karena setiap kali dapat dipadamkan di suatu tempat, segera pula muncul kebakaran di tempat lain. Tampak seperti kekacauan, tetapi kekacauan yang memang dibuat seperti kekacauan, sehingga bukan kekacauan melainkan kejahatan yang tanpa ampun lagi memang harus dibasmi.
Aku pun berkelebat. Para penjahat kambuhan bisa diatasi oleh para Pengawal Burung Emas, tetapi golongan hitam yang merajalela dengan ilmu silatnya yang tinggi tiada mungkin dihadapi oleh prajurit biasa. Pasukan Siasat Langit juga sudah dikerahkan untuk membantu penjaga kota para Pengawal Burung Emas, tetapi tokoh-tokoh persilatan dunia hitam yang berkelebat di balik api dan kegelapan, sambil menyebar jarum beracun di dalam kota yang kacau, tidak bisa dihadapi dengan siasat perang yang lazim. Maka pasukan ini lebih berguna untuk memadamkan api yang dengan ganas merayap dari rumah ke rumah, daripada dikerahkan menangkap bayangan berkelebat yang bisa terbang.

Kulihat sesosok bayangan yang berkelebat itu melenting dari wuwungan rumah yang satu ke wuwungan rumah yang lain sambil menyebarkan bola-bola peledak. Bola-bola peledak itu langsung menimbulkan kebakaran baru, tetapi sebagian segera kutangkap dan kukembalikan lagi kepada pelemparnya, yang dengan begitu terpaksa meledakkannya di udara tanpa sasaran. Ledakan diiringi semburat cahaya putih yang menyilaukan, yang ketika belum lagi lenyap cahayanya teredam malam, datang lagi sembilan bola peledak meluncur ke arahku dari sembilan penjuru!

Aku pun melenting ke atas dengan Jurus Naga Batu, membuatku lolos dari sembilan peledak yang justru saling berbenturan sehingga cahaya ledakannya semburat ke mana-mana. Meski tak lama, semburat cahaya menyilaukan dari sembilan peledak itu sempat menerangi kota yang untuk sejenak bagaikan menjadi siang, sehingga tiada sesuatu pun yang berada di bawahnya tiada terlihat. Saat itulah aku berkelebat membagi Jurus Sentuhan Naga, dan dengan segala hormat sembilan orang pelempar bola peledak itu meletup dan buyar tertiup angin sebagai tepung. Namun aku belum lagi hinggap di atas wuwungan sebuah gedung yang terbakar, ketika sebuah bola peledak sudah meledak tanpa ampun di depan wajahku! (bersambung)
________________________________________
1. Richard Wilhelm, The Secret of the Golden Flower, diterjemahkan dari bahasa Jerman oleh Cary F. Baynes [1972 (1931)], Page-42.



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "54 : LEDAKAN DAN CAHAYA DIATAS KOTA (SERI 269)"

Post a Comment

pembaca yang bijak, selalu menggunakan bahasa yang baik dan santun. Terima kasih.

Translate

Cari