google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 MUSUH DALAM SELIMUT (SERI 247) | Silat Naga Jawa

MUSUH DALAM SELIMUT (SERI 247)


KLIK pada gambar untuk membesarkan

BEGAL yang malang melintang di sekitar Sha dan disebut Bajing Loncat itu, pada suatu hari mendadak saja terkepung. Di celah itu ia tak bisa menghilang ke atas atau meloncat ke bawah, setidaknya sepuluh pengawal rahasia istana, lelaki maupun perempuan, telah mengepungnya dengan begitu ketat sampai ia tidak bisa berkutik.

"Itu sepuluh tahun yang lalu, jadi tahun 788," ujar maharaja bayangan itu, "ketika istana mulai kekurangan maharaja bayangan, sebab banyak yang mati karena jarum beracun, punggungnya tertusuk belati ketika tidur, dan keracunan makanan waktu sarapan."

"Ikutlah dengan kami," kata salah seorang di antaranya, "nanti seluruh kesalahanmu akan diampuni."

"Aku menolak, tetapi mereka memaksaku, dan setelah pertarungan singkat yang sangat aneh di celah sempit di dinding tebing itu, para pengawal rahasia istana yang berilmu tinggi berhasil melumpuhkan diriku."

Demikianlah Bajing Loncat itu dicerabut dari akarnya, ditawan sebagai penjahat kambuhan, dan diangkut ke Chang'an. Ia dibawa dengan peti beroda yang berlubang agar kepalanya dapat muncul di sana, tentu dengan tangan dan kaki dirantai di dalamnya.

"Pengawal rahasia istana yang sepuluh orang itu mengobrak-abrik, memorak-porandakan dan membumihanguskan perkampungan begal sampai rata dengan tanah. Dengan sedih kupandang asap yang membubung dari balik bukit. Bahkan wanita dan anak-anak pun tidak terdengar suaranya lagi karena semuanya sudah mati."

Sebetulnya yang disebut perkampungan begal itu adalah perkampungan orang-orang tersingkir saja, tiada jelas lagi tersingkir pada masa pemerintahan siapa. Ada keturunan orang-orang tersingkir semasa pemerintahan Maharani Wu yang berkuasa dari tahun 690 sampai tahun 705, tetapi sebagian berasal dari masa pemerintahan Maharaja Xuanzong yang berkuasa dari tahun 712 sampai tahun 756. Maharaja Xuanzong memang bertangan emas dalam mengangkat Wangsa Tang ke puncak kekuasaan di Negeri Atap Langit, tetapi musuh tujuh turunannya sangat banyak.

"Aku hanyalah keturunan campur aduk dari berbagai golongan di situ, yang hidup hanya dengan satu tujuan, yakni menumbangkan kekuasaan Wangsa Tang. Maka aku pun membegal bukan karena mau membegal, tetapi karena suatu tujuan yang sudah disucikan sebelumnya, yakni mengganggu dan menggoyang kewibawaan Wangsa Tang. Aku menjadi penyamun tanpa kehendak menyamun sama sekali. Boleh kalian tanyakan kepada orang-orang di Sha, apakah Bajing Loncat pernah melukai, membunuh, atau memperkosa."

Aku pernah mendengar nada semacam ini, mulai dari perompak Naga Laut yang turun temurun hanya bermaksud menggoyang wibawa Kadatuan Srivijaya di lautan, sampai para penyamun sepanjang lautan kelabu gunung batu antara An Nam dan Negeri Atap Langit yang pernah kubasmi, sehingga menjadi perbincangan dari kedai ke kedai tentang pembantaian yang dilakukan oleh seseorang tidak bernama.

"Dapatkah kalian bayangkan jika dengan latar belakang seperti itu, diriku harus menjadi maharaja bayangan dari sebuah negeri yang telah membuat kampungku rata dengan tanah?"

Laozi berkata:

dari para penguasa terbaik
rakyat hanya tahu bahwa mereka ada;
yang terbaik berikutnya mereka cintai dan puja;
berikutnya lagi mereka takuti;
berikutnya lagi mereka kutuk.1

Itulah yang ingin kuketahui, apakah kiranya yang membuat ia bisa melakukannya?

"Tentu aku merasa betapa dengan segala cara seharusnya aku tetap menolak, meskipun dengan begitu akan dibunuh; tetapi aku juga merasa betapa jika diriku berada di tengahtengah pusat kekuasaan seperti itu, mestinya dapat kutemukan suatu cara untuk membalaskan dendamku maupun dendam saudara-saudaraku yang kampungnya telah diratakan dengan tanah."

Demikianlah Si Bajing Loncat dari Sha mulai berpikir seperti itu, sejak hari pertama ketika didampingkan dengan Maharaja Dezong untuk dicatat segenap kekurang miripannya. Dengan segala cara, segala kemiripan jasmaninya diarahkan, digarap, dan dipoles secara cermat, sehingga dalam uji coba tanpa pemberitahuan kepada siapa pun di dalam istana, tidak seorang pun mengenalinya sebagai bukan maharaja. Padahal jika sempat seseorang melihat tumitnya saja, akanlah sangat jelas bedanya antara tumit rakyat biasa dengan tumit seorang maharaja yang sejak lahir belum pernah menyentuh tanah.

"Bukan hanya tubuh, tetapi juga cara berbicara, cara bertindak-tanduk, cara berpikir, cara makan dan minum, cara berdoa, dan cara bercinta, adalah segala cara yang harus dimiripkan setepat mungkin seperti yang dilakukan oleh maharaja."

Cepat sekali Panah Wangi menyela.

"Bercinta dengan permaisuri juga?" (Bersambung)
_________________________________________________________________
1. Dari ayat ke-17 dalam Daodejing, melalui Lin Yutang, The Wisdom of China and India (1942), h. 591.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MUSUH DALAM SELIMUT (SERI 247)"

Post a Comment

pembaca yang bijak, selalu menggunakan bahasa yang baik dan santun. Terima kasih.

Translate

Cari